Pada bulan Agustus 2025, warganet Indonesia dihebohkan oleh berita meninggalnya seorang balita di Sukabumi dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Video penanganannya yang viral memperlihatkan betapa parahnya infeksi—cacing hidup keluar dari hidung, mulut, hingga anus. Pihak medis dan Kemenkes menegaskan bahwa penyebab kematian bukan semata-mata cacingan, melainkan akibat komplikasi infeksi berat, yakni sepsis, meningitis tuberkulosis, serta malnutrisi dan stunting berat.
Kasus tersebut seharusnya dapat menyadarkan kita terhadap masalah yang lebih luas—bagaimana ketidakmerataan akses obat, kurangnya edukasi pencegahan, serta lemahnya intervensi kesehatan masyarakat dapat berujung pada tragedi yang seharusnya bisa dicegah. Dalam konteks tersebut, tenaga kesehatan masyarakat bukan lagi sekadar pekerja layanan medis; mereka adalah garda terdepan dalam mencegah kasus serupa melalui penguatan sanitasi, pemberian obat cacing massal, serta pelibatan masyarakat dalam advokasi gaya hidup sehat.
Di Indonesia, tenaga kesehatan masyarakat memegang peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pencegahan penyakit, promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sejalan dengan definisi American Medical Association (1948), kesehatan masyarakat dipahami sebagai ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan melalui pengorganisasian masyarakat. Hal ini juga tercermin dalam UU Nomor 17 Tahun 2023 Pasal 18 ayat 2, yang menegaskan bahwa upaya kesehatan masyarakat mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif.
Penerapan upaya tersebut dapat dilihat dalam berbagai program, seperti pemberantasan penyakit menular, perbaikan sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan gizi, serta penyuluhan kesehatan. Dengan demikian, tenaga kesehatan masyarakat memiliki tanggung jawab besar untuk mencegah muncul atau berulangnya masalah kesehatan melalui pendidikan, rekomendasi kebijakan, layanan, dan penelitian. Peran ini membedakan mereka dari tenaga klinis seperti dokter dan perawat, yang lebih berfokus pada perawatan individu setelah sakit.
Tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam mengoptimalkan program-program kesehatan yang berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat. Salah satu kontribusinya ialah dalam peningkatan cakupan imunisasi. Melalui kerja sama lintas sektor, tenaga kesehatan berhasil menjangkau daerah terpencil sehingga angka cakupan imunisasi dasar lengkap semakin meningkat dari tahun ke tahun. Imunisasi ini terbukti efektif mencegah berbagai penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat juga berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi,menurunkan angka stunting melalui program gizi, edukasi kesehatan, serta pemantauan tumbuh kembang balita. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional menurun dari 21,5% pada tahun 2023 menjadi 19,8% pada tahun 2024. Penurunan ini menunjukkan adanya keberhasilan intervensi kesehatan masyarakat yang berkelanjutan dan terarah.Â
Di bidang promosi kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat melakukan penyuluhan mengenai pola hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit menular, serta pengelolaan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes. Penyuluhan ini berperan besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan.
Perbaikan fasilitas kesehatan dan peningkatan akses layanan juga menjadi bukti nyata kontribusi tenaga kesehatan masyarakat. Pemanfaatan teknologi digital dalam pelayanan kesehatan, misalnya pendaftaran online untuk berobat, memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan tanpa harus menunggu lama. Inovasi ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih cepat, efisien, dan merata.
Meskipun telah banyak capaian, sektor kesehatan masyarakat di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, seperti ketidakmerataan akses layanan, rendahnya literasi kesehatan, serta beban ganda penyakit menular dan tidak menular. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan pendanaan dan lemahnya koordinasi lintas sektor. Solusinya adalah pemerataan tenaga kesehatan melalui insentif di daerah 3T, pemanfaatan telemedicine, serta penguatan edukasi berbasis komunitas untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat. Selain itu, surveilans penyakit menular dan deteksi dini penyakit tidak menular harus ditingkatkan, didukung dengan pendanaan yang memadai untuk program promotif dan preventif. Dengan langkah-langkah tersebut, tenaga kesehatan masyarakat dapat lebih optimal dalam melindungi dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Dari paragraf-paragraf sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran yang krusial dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia melalui imunisasi, penurunan stunting, promosi kesehatan, dan perluasan akses layanan. Berbagai capaian menunjukkan keberhasilan, namun ada beberapa tantangan seperti ketidakmerataan akses, rendahnya literasi kesehatan, dan beban ganda penyakit masih harus diatasi. Dengan dukungan pendanaan, inovasi teknologi, serta koordinasi lintas sektor, tenaga kesehatan masyarakat dapat lebih optimal dalam mencegah masalah kesehatan. Upaya ini akanmembawa Indonesia menuju masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
KATA KUNCI: Tenaga Kesehatan Masyarakat, Stunting, Upaya, Peran, Layanan, Kesehatan