Mohon tunggu...
Nurul Komarisari Apriliani
Nurul Komarisari Apriliani Mohon Tunggu... Semangat Bekerja

Hidup adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Ayam Kampus

3 April 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:48 1872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Ayam Kampus” Dan Gaya Hidup

Mungkin publik masih ingat tentang kasus Maharani Suciono, salah satu mahasiswi di perguruan tinggi swasta di Jakarta. Namanya ikut terkenal setelah salah satu pejabat yang jadi tersangka korupsi ditangkap disebuah hotel di Jakarta, Maharani pun ikut berada disana. Maharani disebut -sebut sebagai mahasiswi yang berpropesi ganda dengan nyambi sebagai ayam kampus. Lantas apakah yang disebut “ayam kampus”?

Fenomena “ayam kampus” di Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Pada tahun 1993, di Jawa Timur pernah digegerkan oleh pemberitaan tentang “ayam kampus” yang dimuat dalam majalah Retorika, majalah senat FISIPOL Universitas Airlangga Surabaya. Artikel tersebut mengungkapkan perempuan eksperimen alias perek--istilah kala itu sangat dikenal di kalangan warga Surabaya untuk menyebut seorang gadis yang gemar melakukan hubungan seks bebas--di kalangan kampus. Hasil survei Retorika--selanjutnya ditulis oleh majalah Tempo edisi 1993--menyebutkan bahwa 0,02 persen mahasiswa perguruan tinggi top di Jawa Timur itu adalah perek, yang sekarang dikenal dengan panggilan ayam kampus .(Tempo.co,17/2/13).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia. Ayam kampus ialah mahasiswi yang merangkap sebagai pelacur. Tidak ubahnya pelacur sambil kuliah. Dalam prakteknya sulit membedakan antara pelacur tulen dengan ayam kampus. Keduanya sama-sama menggeluti kehidupan prostitusi dan biasa bergaul bermasyarakat. Ada berbagai faktor yang menyebabkan mahasiswi terjerembab dalam kehidupan dunia prostitusi, bisa dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dari faktor internal misalnya, faktor dari dalam diri mahasiswi ini berkaitan erat dengan keberadaan dirinya, yaitu keadaan badan dalam perkembangan dan keadaan kejiwaannya. Dari keadaan badan maupun jiwa yang tidak sehat dapat membawa mahasiswi ke arah perbuatan yang tidak baik dan jiwa yang tidak sehat akan tercermin dari tingkah laku atau perbuatan yang tidak baik pula. Sedangkan faktor eksternal erat hubungannya dengan perkembangannya. Sehingga apabila faktor ini kurang baik, kemungkinan besar para mahasiswi akan berkarakter dan bermental kurang baik pula. Seperti kita ketahui di dalam kehidupan mahasiswi terdapat wadah–wadah yang dapat dipakainya untuk mengembangkan kepribadiannya. Wadah–wadah tersebut antara lain adalah lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Banyak sekali yang melatarbelakangi mereka memilih pekerjaan seperti ini (Sindu blitar blogspot.com).

Seiring berjalannya waktu, adakalanya kita harus mengingat tentang budaya dan moral suatu bangsa yang ada pada diri generasi muda. Nilai- nilai dan moral sepertinya telah hilang dalam benak masyarakat Indonesia khususnya generasi muda yang identik diwakili oleh sosok mahasiswa. Fenomena ayam kampus mengingatkan kita terhadap budaya yang luntur. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar Joni Lisungan menilai, munculnya sistem pelacuran adalah akibat budaya masyarakat yang sudah luntur. Banyak mahasiswi salah dalam memilih pertemanan. Kekerabatan sudah luntur. Antar keluarga tidak ada lagi ada yang mau saling memperingatkan. Hubungan antara tetangga sudah sangat renggang. “Norma masyarakat sudah bergeser, Joni menemukan tidak hanya mahasiswi yang menjadi Ayam Kampus. “Ada juga golongan putih, abu-abu hingga siswi SMP.” (Tempo.co,17/2/13). Suburnya praktek ayam kampus sudah menjadi gaya hidup dalam dunia anak muda. Kehidupan kota dengan pola berpacu, serta berlomba lomba memperagakan kekuasaan dan kekayaan menyebabakan rasa cemburu, iri hati, ketakutan, kecemasan, dan ketenangan batin pada penduduknya, yang menjadi persemaian subur bagi timbulnya penyakit mental. Lebih-lebih dengan penonjolan interest sendiri dan rasa individualisme, kontak-sosial di kota-kota menjadi longgar, seolah-olah berdiri sendiri-sendiri. Apabila hal demikian telah terjadi dalam generasi muda maka tidak menutp kemungkinan tidak lama lagi tatanan masyarakat akan pudar bahkan hilang sama sekali. Fenomena ayam kampus tumbuh subur dalam masyarakaat modern disebakan adanya kpentingan pribadi yang seolah -olah menjadi gaya hidup atau bahkan menjadi gaya hidup seutuhnya. Kartini kartono dalam bukunya Patologi Sosial (2003:9) menyebutkan, masyarakat modern yang selalu memburu keuntungan komersial dan sangat individualistis itu selalu penuh persaingan, rivalitas dan kompetisi, sehingga banyak mengandung unsur-unsur eksplosif. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi dalam fenomena ayam kampus yang jiwanya selalu meledak- ledak dalam menghadapi gaya hidup dan pada akhirnya cenderung instant dalam mengimbangi kehidupan salah satunya dengan menjadi sosok ayam kampus. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu dasar pelaku ayam kampus dalam menggauli dunia prostiusi. Memang, ekonomi selalu menjadi pemicu kegairahan hidup dalam masyarakat. Kekurangan ekonomi menjadikan seseorang  cenderung nekad demi bertahan hidup. Selain ekonomi, jangan lupa pula dengan faktor moralitas. Mungkin kekutan moral akan menjadi penolong dalam mengarungi samudera hidup. Sebaliknya, lemahnya moral bisa mengakibatkan terjerumusnya seseorang dalam lubang hitam, menjadi ayam kampus misalnya. Semuanya itu tidak terlepas dari perubahan sosial. Parson dalam Tjahya Supriatna, dalam bukunya birokrasi pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan (1997:42) menjelaskan, perubahan sosial yang diwarnai oleh dinamika perilaku masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial, baik yang bersumber dari faktor internal maupun eksternal sistem sosial. Perubahan sosial yang terjadi dalam sistem sosial harus memenuhi persyaratan fungsioanal, yaitu penyesuain diri, mencapai tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Ini dipersyaratkan karena masyarakt terdiri dari subsistem budaya, subsistem kepribadian berupa individu-individu. Sistem budaya itu berisi nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan kepercayaan atau keyakinan hidup yang dianut bersama. Dalam sistem sosial terdapat struktur peran, yaitu perilaku yang diharapkan dan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan status sosialnya. Sementara dalam sistem kepribadian, setiap individu memiliki keperluan yang lahir atau dibentuk saat berlangsungnya proses sosialisasi. Jadi disini jelas bahwa fenomena ayam kampus terjadi karena adanya factor perubahan sosial yang dalam tulisan ini diwakili oleh factor ekonomi, moralitas, dan pendidikan.

Solusi yang perlu dikendepankan ialah bagaimana kita bisa menjangkau dalam perubahan sosial tersebut melalui perbaikan ekonomi, pendidikan dan pemantapan moralitas. Dengan akumulasi tersebut diharapkan masyarakat pada umumnya, dan mahasiswi pada khususnya, tidak terjerembab dalam dunia hitam salah satunya prostitusi.

Daftar Pustaka

-Kartono, kartini. 2003. Patologi Sosial Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT         RajaGrafindo Persada.

-Supriatna, Tjahya.1997. Birokrasi Pemberdayaan Dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: HUP.

- http://www.tempo.co/read/news/2013/02/17/173461816/Ayam-Kampus-Ada-Akibat-dari-           Budaya-yang-Luntur

- http://www.tempo.co/read/news/2013/02/17/078461824/Era-Ayam-Kampus-1993-Bikin-Geger

- http://sulissindu.blogspot.com/2012/02/fenomena-ayam-kampus.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun