Mendalami dunia film, seperti memasuki pasar dengan riuh rendahnya. Para pembuat produk dan para pedagang menawarkan dagangannya, dan para pembeli melihat, menilai, dan menawar dengan sudut pandangnya sendiri. Dan acap kali para pembeli tidak cukup tahu dengan apa yang dibelinya. Mereka hanya melihat kemasannya saja dianggap bagus, lalu dibelinya, tanpa mengetahui kandungan apa yang ada di dalam produk tersebut.
Secara sederhana, dalam dunia film, penonton adalah 'pembeli' produk-produk itu, dan 'penjual'nya adalah kreator film. Maka untuk memahami produk-produk film itu, dibutuhkan kritik yang akan membuka wawasan dan ruang diskusi yang menghadirkan second opinion, third opinion, dan seterusnya.
Dalam dunia perfilman, istilah kritik film seringkali menimbulkan dua reaksi yang bertolak belakang: sebagian menyambutnya sebagai refleksi yang membangun, sebagian lagi menganggapnya sebagai bentuk 'menghakimi' karya seni. Tapi sebenarnya, apa sih pentingnya kritik film? Apakah sekadar ajang pamer intelektualitas? Atau justru bagian penting dari ekosistem seni visual kita?
Bayangkan kamu memasak makanan spesial untuk pertama kalinya. Setelah selesai, kamu mencicipi sendiri dan merasa enak. Tapi ketika temanmu mencobanya, dia bilang: "Enak sih, tapi kebanyakan garam." Nah, itulah fungsi dasar kritik---bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk memberikan umpan balik agar kita bisa berkembang.
Dalam dunia film, kritik mempunyai peran yang kurang lebih sama. Tapi tentu lebih luas dan lebih kompleks. Mari kita bahas satu per satu, mengapa kritik film itu penting, dan bagaimana ia bekerja dalam ekosistem perfilman.
1. Kritik Film adalah Cermin Bagi Pembuat Film
Seorang pembuat film bisa saja merasa bahwa filmnya sudah sempurna: ceritanya kuat, aktingnya bagus, sinematografinya cantik. Tapi, seperti halnya memasak tadi, kita butuh orang lain untuk melihat dari sudut pandang berbeda, agar para pembuat film mempunyai wawasan dan opini lain tentang film yang dibuatnya.
Seperti pelukis yang terlalu dekat dengan kanvas, ia butuh mundur, atau mendengarkan orang lain, untuk tahu apakah lukisannya sudah seimbang, atau komposisi warnanya kurang pas, atau hal lain yang membuat lukisannya tidak sesuai dengan pesan yang akan disampaikannya.
Demikian juga dengan kritik film. Kritik film bisa memberi pandangan tentang apa yang berhasil dan apa yang kurang. Ini bukan soal siapa benar atau salah, tapi soal melihat ulang dari luar fikiran pribadi para pembuat film. Banyak sutradara hebat justru tumbuh dari mendengarkan kritik.
2. Kritik Membantu Penonton Memahami Makna
Banyak film punya lapisan makna yang tidak langsung terlihat. Ada simbol, pesan sosial, atau konteks sejarah yang tersembunyi. Karena media film adalah media satu arah yang tidak bisa kita tanya secara langsung apa maksudnya. Penonton diberikan ruang untuk menterjemahkan dari bahasa simbol visual dan audio untuk dicerna sendiri. Maka di sinilah kritik film membantu penonton untuk memahami secara mendalam apa sebenarnya yang terkandung di dalam visualisasi sebuah film.
Kritikus film itu seperti pemandu wisata di museum. Ia menunjukkan hal-hal yang mungkin tidak kita perhatikan, dan menjelaskan cerita di baliknya.
Misalnya, ketika kamu menonton film seperti "Leon; The Professional" yang diperankan oleh Jean Reno, kamu bisa saja menikmatinya sebagai cerita tentang perilaku lain dari seorang penjahat pembunuh bayaran. Tapi lewat kritik, penonton bisa memahami bagaimana film itu bicara soal kemanusiaan, kasih sayang, ketimpangan sosial, kapitalisme, dan solidaritas sosial.