Kenali Tanda Anxiety pada Anak SD dan Cara Membantunya Menurut Konselor
Banyak orang tua dan guru mengira anak SD belum bisa mengalami kecemasan (anxiety), padahal tekanan dari sekolah, teman, atau keluarga bisa membuat anak merasa takut dan tertekan dalam waktu lama. Kecemasan ini bukan hanya gugup sesaat, tapi bisa mengganggu aktivitas harian dan membuat anak enggan sekolah atau sulit tidur.
Tanda-tanda kecemasan tidak selalu mudah dikenali. Anak mungkin sering sakit perut sebelum ujian, menangis tanpa alasan jelas, takut ditinggal orang tua, atau menjadi pendiam dan menghindari teman. Beberapa bahkan mengalami gejala fisik seperti sakit kepala atau tangan dingin dan berkeringat. Karena sering dianggap remeh, banyak tanda ini terlambat ditangani.
Penyebabnya bermacam-macam, dari tugas sekolah yang menumpuk, dibully teman, sampai kondisi rumah yang tidak harmonis. Anak usia SD belum bisa mengungkapkan perasaan dengan jelas, jadi mereka butuh bantuan dari orang dewasa di sekitarnya.
Cara membantunya dimulai dari komunikasi terbuka, ajak anak bicara tanpa memaksa. Latihan pernapasan dan kegiatan seperti menggambar atau bermain juga bisa membantu mereka lebih tenang. Di sekolah, guru dan konselor bisa membuat kelompok kecil untuk saling bercerita dan mendukung. Hindari membandingkan anak atau menuntut hasil sempurna. Pujilah usahanya dan beri penghargaan kecil agar anak makin percaya diri.
Jika kecemasan makin berat hingga anak mogok sekolah atau panik berlebihan, segera konsultasikan ke psikolog atau konselor. Dengan bantuan yang tepat, anak bisa mengelola rasa cemas dan tumbuh lebih kuat secara emosional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI