Mohon tunggu...
nurul hidayah
nurul hidayah Mohon Tunggu... Guru - Guru Muslim

Guru muslimah yang ingin mendidik generasi berkepribadian Islam yang tangguh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Fastabiqul Khoirot" Masa Kini

27 Maret 2018   18:07 Diperbarui: 27 Maret 2018   18:18 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Nurul Hidayah

Bukan pemandangan yang asing lagi jika pada saat jelang Pemilu kita temukan banyak orang bagi-bagi rizki baik itu berupa sembako atau berupa uang. Apalagi jika momentnya bertepatan dengan bulan Ramadhan, wah pas banget. Sebagian orang menganggap hal itu adalah sedekah sehingga tidak sedikit masyarakat memburunya karena dengan alasan mereka diberi dan tidak meminta. Itulah salah satu fenomena berlomba-lomba berbuat baik jaman now.

Sebenarnya ada banyak fakta orang berlomba-lomba berbuat baik di jaman now ini. Tentunya tidak hanya dijumpai pada saat jelang pemilu, tapi juga jauh-jauh hari dari masa pemilu. Bahkan yang berbuat baik itu tidak hanya dilakukan oleh seorang muslim tapi juga non muslim. Mulai dari membantu pembangunan masjid, bagi-bagi sedekah di pesantren, dan panti asuhan sampai memberikan pinjaman tanpa bunga kepada pedangang-pedagang kecil.

Terlepas dari banyaknya orang berbuat baik di jaman now ini, ternyata tidak sedikit orang yang berpandangan dengan ungkapan "yang penting berbuat baik aja deh..". Dan kadangkala meskipun untuk non muslim banyak orang yang menjulukinya sebagai orang baik karena seringnya berbuat baik dengan sifatnya yang dermawan atau bersikap sopan kepada orang di sekitarnya. 

Mungkin yang dimaksudkan kebanyakan orang saat ini berbuat baik adalah berbuat sesuai aturan umum yang berlku (biasa) saat ini dalam suatu komunitas masyarakat di sekitar menganggap sebagai perbuatan yang baik. Seperti tidak suka berbuat yang aneh, mengganggu orang lain atau merugikan orang lain, sehingga masyarakat memakluminya.

Padahal  tentang berbuat baik ini ada hal yang penting bagi kita sikapi, dan harus dipertegas "berbuat baik yang seperti apa dan apa standarnya?". Sekilas mungkin ada yang beranggapan pertanyaan ini terasa berlebihan dan terlalu mengada-ada. Namun hal ini penting untuk dijelaskan, karena adakalanya suatu perbuatan yang dianggap baik pada masa kini mungkin awalnya atau dahulunya aneh. Dan kadangkala perbuatan yang dianggap baik di suatu tempat, tapi malah dianggap buruk di tempat lain. Begitu pula perbuatan yang dianggap baik oleh orang tertentu bisa dianggap keburukan bagi orang lain. Seperti yang tertuang dalam ayat suci Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh (216):

"Tetapi boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk bagi kalian. Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui."

Dengan demikian jika menganggap suatu perbuatan baik itu hanya dengan pengakuan sebagian besar orang atau pada "waktu tertentu" dan "di tempat tertentu" sebenarnya kurang tepat. Karena standar berbuat baik itu tidak tergantung waktu atau tempat. Dan juga bukan karena sesuatu itu disukai atau dibenci.

Oleh Karena itu berbuat baik dengan standar yang benar adalah "berbuat baik yang dilakukan dengan niat Ikhlas dan bersumber dari Allah swt" karena hanya Allah Yang Maha Tahu Segalanya. Maka dari itu kita akan bisa menilai apakah suatu perbuatan para caleg yang bagi-bagi sedekah, atau seorang non muslim yang menyumbang untuk masjid dan perbuatan yang dianggap baik lainnya itu telah memenuhi kedua syarat yaitu Ikhlas dan sesuai Syariat Allah swt? Sehingga pertanyaan ini akan terjawab dengan benar apabila menggunakan standar yang benar dengan perbanyak mengkaji hal-hal yang diperintahkan dan dilarang dalam Syariah-Nya. 

Karena di jaman Kapitalis Sekuler yang mendominasi jaman now saat ini tidak sedikit orang melakukan berbagai hal karena "materi" meskipun harus terjerumus pada perbuatan haram. Begitu pula ketika menilai suatu pemikiran seperti Demokrasi yang saat ini masih banyak menyanjungnya, apakah lantas kita ikut-ikutan mendukungnya? Tentu tidak demikian, harus dilakukan pengkajian yang bersumber pada Syariah-Nya, apalagi jika dikaji ide Demokrasi itu bukan berasal dari konsep Islam. Dan ketika kita berpegang teguh kepada Syariah-Nya maka akan menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirat. Karena hanya dengan Syariah-Nya lah kita akan bisa membedakan kebaikan (halal) dan keburukan (haram) dengan benar. Sehingga keridhaan Allah akan didapatkan.Dengan demikian marilah kita berlomba-lomba berbuat baik di jaman now ini sesuai standar syariah-Nya agar tidak bernilai sia-sia di hadapan Allah swt. Apalagi bisa mendatangkan murka Allah swt. Na'udzu billah.

Wallahu a'lam bi asshowab...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun