Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Menyimpan jejak petualangan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jerman Dilarang, Australia Didukung

21 Agustus 2022   02:47 Diperbarui: 21 Agustus 2022   04:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ma, Teteh tadi dipanggil dosen. Beliau sekretaris jurusan. Katanya ada tawaran beasiswa ke Jerman. Teteh boleh ikut gak?" tanyaku suatu sore. "Teh, kita belum lama ditinggal bapak. Apa Teteh mau pulang dari Jerman Mama sudah enggak ada?" Mama balik bertanya.

Bagiku, pertanyaan tersebut sudah cukup menggambarkan jawaban pertanyaanku. Anak mana yang rela kehilangan ibu yang sangat dicintainya. Entahlah, bagiku ucapan seorang ibu seperti do'a. Kukubur keinginanku dalam-dalam. Kalaupun aku mau melanjutkan studi, mungkin di dalam negeri saja. Egois rasanya meninggalkan mama seorang diri mengurus tiga adikku yang masih sekolah.

Belasan tahun berselang, sepulang mengikuti pelatihan dari Adelaide South Australia, aku berseloroh, "Ma, kalau Teteh lanjut S3 di Australia bagaimana?". "Suami dan anak bagaimana?" lagi-lagi mama balik bertanya. "Ya, ikut pergi juga. Suami Teteh sudah setuju kok". "Kalau gitu, Mama do'akan semoga keinginan Teteh tercapai. Siapa tahu Mama nanti bisa jenguk Teteh ke sana" jawabannya cukup mengagetkanku. Minta izin ke Jerman tak boleh, ke Australia malah didukung.

Sebenarnya bukan tentang tempatnya, Jerman atau Australia. Melainkan waktu dan kondisinya. Saat dulu berencana sekolah ke Jerman, waktu dan kondisinya belum tepat. Baru lulus kuliah, seorang anak perempuan bepergian sendirian, cukup mengkhawatirkan dari sudut pandang kami orang sunda. Terlebih lagi, kondisi kelurga yang belum stabil karena belum lama ditinggal almarhum bapak. Saat itu kami harus berjuang bersama melanjutkan kehidupan tanpa bapak. Lantas kemudian Mama mengizinkan untuk studi di Australia mungkin ada beberapa pertimbangan. Pertama, aku sudah dianggap dewasa untuk berpetualang. Akun sudah bukan anak-anal lagi karena sudah beranak, hahaha. Kedua, aku pergi bersama keluarga yang menemani. Ketiga, kondisi keluarga sudah cukup stabil. Semua anak mama sudah selesai sekolah juga menikah. Keempat, jarak Indonesia Australia cukup dekat sehingga ongkos lebih murah.

Maka malam itu, 18 Februari 2022 Mama sengaja menginap di rumah. Mama membantu menyiapkan keperluan yang harus dibawa berangkat. Ah, tetap saja anak adalah anak-anak meski sudah beranak. Bismillah, semoga suatu saat aku masih bisa berjumpa mama. Menggenggam lengannya yang telah mengurusiku sejak kecil, berjalan-jalan sambil bercerita. "Semoga lancar segala sesuatunya, Allah berikan kemudahan serta disayangi banyak makhluknya" ucap Mama setiap menutup video call. Love you Mama.

Melbourne, 21 Agustus 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun