Biasanya, setiap kali saya pulang kampung atau pergi liburan, ada satu sosok yang selalu saya tinggalkan dengan berat hati—Chila, kucing manja kesayangan. Ia akan duduk di dekat koper, seolah tahu saya akan pergi. Dan tiap saya kembali, ia menyambut dengan tatapan seolah berkata, “Kenapa nggak ajak aku?”
Tahun ini, saya memutuskan untuk mengubah itu semua. Kali ini, liburan kami lengkap—saya, adik saya, dan Chila.
Tujuan kami adalah kota Malang, tempat nenek tinggal dan tempat di mana kami sering menghabiskan waktu kecil. Tapi membawa Chila bukan perkara mudah. Kereta penumpang tak mengizinkan hewan. Sementara pesawat terlalu mahal dan bising.
Setelah riset dan tanya-tanya di media sosial, saya menemukan opsi menarik: pengiriman hewan via KAI Logistik. Tidak bersama saya di kursi penumpang, memang. Tapi Chila bisa naik kereta sendiri—dengan aman dan nyaman—lalu dijemput di stasiun tujuan.
Sehari sebelum keberangkatan, kami mulai menyiapkan Chila. Kami ke dokter hewan untuk memastikan ia sehat dan mendapatkan surat keterangan. Saya juga membeli pet cargo dengan ventilasi lengkap, lalu menempelkan nama dan foto Chika di luar kandang. Tidak lupa stiker besar bertuliskan “Hewan Hidup – Tangani dengan Hati-Hati”.
Pagi harinya, kami berpisah di Stasiun Bandung. Saya menyerahkan Chila ke petugas Kalog, lengkap dengan perasaan campur aduk. Rasanya seperti melepas anak ikut study tour untuk pertama kalinya—antara bangga
Kami naik kereta penumpang beberapa jam kemudian. Selama perjalanan, saya memantau posisi kiriman lewat aplikasi KAI Logistik. Meskipun tidak bisa melihat kandang secara langsung, setidaknya saya tahu Chila sedang dalam perjalanan yang sama.
Sesampainya di Yogyakarta, kami langsung menuju titik layanan Kalog. Di sana, Chila sudah menunggu—masih dalam kandangnya, sedikit mengantuk, tapi sehat dan aman. Saat saya panggil namanya, ia mengeong pelan, lalu mengusap wajahnya ke tangan saya. Mungkin dia bilang: “Akhirnya kita liburan bareng juga, ya.”
Selama seminggu di Malang, Chila jadi bagian dari setiap momen. Pagi-pagi duduk di teras rumah nenek, siang hari tidur di dekat jendela, dan malam hari bermanja-manja sambil mendengarkan kami bercerita nostalgia. Saya bahkan sempat membawanya jalan santai di taman pakai stroller—dan cukup banyak yang mampir hanya untuk bilang, "Ih lucu banget!"
Liburan bersama Chila ternyata menghadirkan banyak pelajaran. Bahwa hewan juga butuh liburan. Butuh melihat langit kota lain. Butuh merasakan angin dari jendela yang berbeda. Dan yang terpenting, butuh merasa menjadi bagian dari keluarga, ke mana pun keluarga itu pergi.
Untuk Kamu yang Masih Ragu