Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bu Risma Melenggang ke Istana, Selanjutnya (Harus) DKI 1?

23 Desember 2020   16:51 Diperbarui: 23 Desember 2020   16:59 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: selasar.co

Kabinet Indonesia Maju  di bawah komando Presiden Jokowi untuk direshuflle akhirnya tiba juga. Reshuflle itu sebagai jawaban dari isu yang beredar sangat kuat di masyarakat Indonesia, terlebih sejak dua mentrinya tertangkap oleh KPK.  Enam orang pilihan telah menempati posisi yang tepat paling tidak menurut pertimbangan presiden. Dan sebagai rakyat hanya bisa menerka-nerka arah apa yang akan dijalankan Jokowi untuk empat tahun pemerintahan mendatang.

Seolah ingin memupus dari kehirukpikukkan dengan meladeni keinginan publik yaitu agar presiden mengangakat Sri Pujiastuti sebagai menteri kelautan menggantikan Edy Prabowo, Jokowi lebih memilih Wahyu Sakti Trenggono. Pilihan itu mungkin pilihan yang adil dan dapat diterima oleh seluruh pendukung koalisi pemerintahan. Sementara pilihan lain Budi Gunadi Sadikin yang menduduk pos menteri kesehatan menggantikan Terawan adalah diambil dari sisi manajerial  yang mumpuni untuk mengantisipasi manajemen covid yang lebih rumit ketika vaksin itu disebarkan ke tengah masyarakat.

Pos lainnya yang mungkin akan membawa suasana lebih dingin adalah pengangkatan M. Lutfi sebagai menteri perdagangan. Meskipun pengangkatan M. Lutfi masih tersamar karena menteri sebelumnya hanya menunjukkan kinerja yang datar-datar saja. Padahal keinginan Jokowi  pastilah surplus dari ekspor sangat dibutuhkan untuk mendongkrak  perekonomian dalam negeri Indonesia yang negatif. Sementara itu pengangkatan Sandiaga Uno yang menempati posisi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lebih disorot sebagai menteri yang direngkuh untuk lebih menarik Gerindra lebih dalam ke pemerintahan Jokowi.

Tugas Sandino (Sandiaga Salahudin Uno) sangat berat karena harus menghidupkan sektor pariwisata yang tengah terpuruk akibat Covid-19, namun publik lebih percaya jika penarikan Sandino ke pemerintahan Jokowi sebagai akumulasi hitung-hitungan politik ke depan. Karena tanpa adanya dukungan pemerintahan yang stabil maka yang terjadi selanjutnya adalah pemerintahan labil. Kalau pemerintahn labil oposisi pemerintah seperti PKS sangat senang untuk bermain api. Dan ketika dukungan koalisi ke pemerintah sangat kuat percikan-percikan api  itu tidak ada.

Sosok yang sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia sebenarnya ada pada menteri agama untuk segera direshuffle setelah beberapa bulan dilantik pada tahun 2019, yaitu Fachrul Razi. Karena setelah menjabat sebagai menteri yang diharapkan dapat menghilangkan intoleransi di Indonesia tetapi yang terjadi adalah hampir tiap hari tersiar kabar intoleransi yang mengatasnamakan agama sering mencuat. Dan Yaqut Cholil Qoumas diberi beban untuk menyulih tugas dari menteri sebelumnya yang dirasa sangat keteteran itu.

Sosok Gus Tutut begitu panggilan akrab dari Yaqut Cholil Qoumas sangat familiar di telinga masyarkat Indonesia terlebih dari warga NU. Sebagai Banser 1, karena selain sebagai anggota DPR dari fraksi PKB Gus Tutut juga sebagai ketua Banser. Sepak terjangnya yang sangat terbuka dengan kemajemukan beragama di Indonesia kementrian agama diharapkan bisa menjadi peredam kekisruhan yang disebabkan agama terutama Islam banyak dijadikan oleh oknum politik untuk mencapai tujuan jangka pendek.


NU sebagai basis dukungan Gus Tutut banyak diharapkan oleh masyarakat Islam khususnya dan pemeluk agama lainnya agar mengambil peran lebih besar lagi dalam menjaga hubungan dalam beragama. Karena sejak periode dibukanya reformasi wawasan beragama di Indonesia sudah demikian terbuka. Bahkan tren negatif dengan dibentuknya ormas yang tidak mengakui Pancasila sebagai asas bernegara juga dibiarkan. Akibatnya sangat dirasa oleh pemeluk agama minoritas yang seolah dijadikan sasaran penghalang untuk tujuan menjadikan Negara Indonesia sebagai basis Khilafah di Asia Tenggara bahkan dunia.

Namun harapan yang besar kadang-kadang yang terjadi seperti pepesan kosong. Sebagaimana sambutan luar biasa pada sosok Fahrul Rozi yang juga seorang Jenderal. Dengan kiprahnya di militer tentu publik berharap akan gampang untuk menekuk orang-orang yang lebih memaksakan kehendak dalam beragama. Namun kenyataannya sangat luar biasa kecewanya pada sosok sang jenderal itu. Apakah  Yaqut Cholil Qoumas bisa memuaskan espektasi masyarakat agar Indonesia kembali bisa hidup sangat normal tanpa rebut-ribut terorisme dan paham radikal lainnya. Tentunya harapan boleh saja.

Dan Resuflle yang sangat feonomenal dan seolah-olah sangat klop seperti panic dapat tutupnya adalah pengangkatan Tri Risma Maharini sebagai menteri Sosial menggantikan Julianis. Dari seorang Walikota daerah yang ruang lingkupnya hanya daerah tiba-tiba harus mengurusi wilayah yang lebih luas. Meskipun orang-orang sedikit gamang dengan fakta ini, namun paling tidak dengan rekam jejaknya yang moncer sebagai walikota Surabaya keraguan itu akan dikesampingkan.

Kejujuran dan ketegasan dalam memimpin Surabaya terbukti dapat mengangkat kota Surabaya ke level internasional dengan bukti adanya bermacam-macam penghargaan yang diperoleh. Dan bukti paling sahih adalah Surabaya memang lebih baik saat ditangani oleh Bu Risma. Dengan kebijakan populis yang berpihak pada rakyat itu membuat Jokowi sangat terkesima dengan harapan dapat membantunya untuk menerjemahkan masalah sosial terutama akibat pandemi ini.

Jika pola pengangkatan Bu Risma hanya sebatas membantu Presiden sepertinya sangat sederhana. Saya pikir ada tujuan lain yang lebih besar dari Partai Demokrasi Indonesia. Kalau bukan Pilkada Jakarta 2022, karena pembuktian Bu Risma yang diharapkan moncer sebagai menteri sosial akan sangat lapang untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta. Tetapi, kalau sebaliknya bernasib sama sebagaimana  Julianis? Tentunya masyarakat tidak yakin kalau Bu Risma akan bertindak nista.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun