Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hoax, Covid-19, dan Penyakit Pascabanjir Sama-sama Berbahaya

2 Maret 2020   21:44 Diperbarui: 2 Maret 2020   21:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : halodoc.Com

.Virus Corona oleh kalangan kesehatan disingkat COVID-19 kalau untuk ukuran nama, sangata baik. bahkan sebelumnya Corona dipakai untuk satu produk minuman, dan jenis minuman ini sangat dicari  oleh mereka  penyuka minuman yang ada kadar alkoholnya.  Memiliki nama sama, namun COVID-19 ada singkatan dibelakangnya itu yang membuat merinding Co; corona, Vi; virus, D; Diseas, 19; tahun. Virus yang hampir sama dengan penyakit yang menyerang aliran pernafasan, namun lebih mematikan.

Seperti yang ditulis CNN Indonesia, 2 Maret 2019 korban akibat COVID-19 secara global berjumlah 88041 kasus, meninggal mencapai 3041 dari 64 negara yang terjangkiti. Begitu ganasnya virus ini sehingga tidak heran setiap negara berlomba untuk melindungi warganya agar virus itu tidak sampai ke negaranya. Jikalau sudah terlanjur suatu warga negara ada warganya yang terjangkiti meskipun baru tahapan terduga maka cepat-cepat ditangani dengan sungguh-sungguh.

Setiap negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam upaya penanaganan virus ini, pemerintah Arabia misalnya untuk sementara menghentikan kegiatan ibadah umroh sampai dalam batas waktu tertentu sehingga dinyatakan steril. Atau pemerintah Jepang sebagai tindakan antisipasi maka warganya yang sedang berada di kapal pesiar dan dinyatakan ada yang terkontaminasi maka dilaranglah kapal itu untuk ke dermaga, dan dilakukan penanganan. Sementara itu pemerintah Indonesia juga melakukan hal yang sama untuk melindungi warganya yang terimbas virus itu. Yaitu, dengan mengisolasi warganya yang tengah berada di luar negeri di Natuna, hingga dinyatakan bersih.

Bagaimana virus corona di Indonesia? Pada suatu pagi ketika saya membuka medsos agak terkejut juga dengan suatu kabar jikalau sudah ada penyebaran COVID-19. Betapa tidak berita itu ditulis oleh seorang DPD, meskipun katanya masih dalam dalam pengawasan dengan jumlah 136 orang. Berita itu kemudian menjadi viral karena dianggap sangat mengkhawatirkan ketenangan orang banyak. Dan tidak sedikit yang menyatakan jika berita itu hanyalah sensasi belaka.

Tidak kurang gubernur DKI mengeluarkan Instruksi Gubernur dengan Nomor 16 tahun 20120 untuk menangani masalah COVID-19. Dengan pertimbangan di Jakarta sudah ada 115 orang yang sudah dipantau suspect virus. Satu langkah yang berani sama seperti cuitan anggota DPD yang menyatakan jika Indonesia sebagai negara yang sudah positif sama dengan negara lainnya yang sudah terjangkiti wabah itu.

Langkah  preventif suatu sikap kehatian-hatian agar bangsa ini tidak menjadi negara yang bebas dari wabah yang mematikan itu. Namun ketika pernyataan yang tidak didasari pada fakta hanya akan berakibat keresahan-keresahan, ataupun sikap yang apriori kepada pemerintah  karena adanya anggapan tidak ada kepedulian. Praduga itu bisa dikatakan menjadi nyata jika tiba-tiba memang ada yang menjadi korban dengan jumlah sekian ratus orang.

Dan langkah-langkah Gubernur itu akan menjadi benar mutlak jikalau memang di DKI sudah ada yang terduga ratusan seperti yang diberitkan Gubernur, padahal tidak seluruh orang yang telah bepergian ke negara endemik akan membawa virus itu di tubuhnya. Hanya saja untuk dikatakan seseorang telah terjangkiti dan positif pastilah dia akan mengalami proses dari suspect, probable, hingga confirm. Setiap tingkatan pastilah mempunyai penanganan yang berbeda-beda. (detiknews, Minggu 01 Maret 2020)

Silang sengakarut  Fahira dan Anies ,dua orang yang tengah menjadi perbincangan masyarakat Indonesia itu membawa praduga seolah-olah ingin mengalihkan fakta yang tengah terjadi di Jakarta yaitu banjir, porak-porandanya Monas, hingga rencana Formula E. Kebenaran adanya bencana atau pun pernyataan kebencenaan yang sifatnya mengenai hajat keselamatan hidup bernegara bisa dibenarkan jika setiap penjabat memiliki kewajiban mewartakanya.

Namun langkah yang dilakukan Joko Widodo didampingi oleh menteri kesehatan menyatakan, jikalau sudah ditemukan dua orang yang sudah confirm atau positif terkena Covid-19 di Indonesia yang berasal dari Depok. Sehingga terbukti setiap negara yang mengadakan kontak dengan dunia luar pastilah akan terkena juga  jika masyarakatnya telah terpapar.

Sekarang yang jadi pertanyaan statemen dari salah seorang anggota DPD dari DKI  dan Gubernur DKI sudah pas atau tidak karena pernyataan beliau seolah hiperbolis. Melebih-lebihkan suatu wabah yang sedang melanda tidak elok. Jikalau yang mendengar adalah seseorang yang enggan mencari sumber berita yang lebih valid, maka statemennya akan diikuti dengan menyebarluaskannya secara membabi buta. Seperti rantai panjang yang saling berkait maka akan mengikat seolah-olah memang sedang terjadi suatu wabah secara frontal.

Mungkin yang lebih dekat dan terlupakan adalah penyakit yang diakibatkan dari banjir itu sendiri. Dari blog dokter dikatakan ada bermacam-macam penyakit yang akan timbul pascabanjir antara lain : diare, kolera, sakit kulit, tifus, demam berdarah, malaria, hepatitis A, infeksi saluran pernafasan akut, leptospirosis, bahkan lahirnya bayi yang kerdil karena nutrisi yang kurang. Demikian dekatnya bahaya yang mengancam akibat banjir, terutama dari penyakit-penyakit yang akan menyertainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun