Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehat Itu Nikmat

4 Oktober 2018   22:00 Diperbarui: 5 Oktober 2018   02:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: birla.ca

Dua hari ini saya benar-benar "diminta" belajar lagi tentang hikmah sakit dan makna sehat. Sudah setengah tahun lebih saya mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Meskipun sebulan ini Allah SWT memberikan karunia berupa mutasinya kembali suami ke kota kelahirannya ini. Sesuatu yang tak pernah kami duga sebelumnya. 

Tinggal serumah lagi menjadikan ketiadaan ART bukanlah suatu masalah besar bagi kami. Semua tugas kerumahtanggaan dikerjakan bergantian atau bersama-sama berdua. Seperti pada masa awal menikah. Dua minggu terakhir intensitas pekerjaan suami agak tinggi. Jadilah saya berjibaku sendirian ditambah lagi sudah masuk waktu efektif perkuliahan. Sebagai fakultas dengan akreditasi A, pimpinan semakin menekankan kedisiplinan bagi kami selaku staf pengajar. Tak heran jika masuk pagi, rasanya saya sudah mirip The Amazing Spiderman yang sebentar ke depan sebentar sudah di belakang lagi. 

Mengurusi dua anak usia SD, si bungsu yang berusia 1, 4 tahun, menjenguk si sulung yang tengah mondok di pesantren, pekerjaan domestik seperti berbelanja, memasak, membersihkan rumah, cuci-setrika, merapikan lemari pakaian, benar-benar menyedot waktu dan tenaga saya. Bukan tidak kami coba mendelegasikan urusan mencuci pada laundry, lama kelamaan beberapa pakaian hilang, tertukar dengan baju orang lain dan yang membuat hilang minat kembali ke binatu itu, pakaian hanya dicuci sekadarnya. Tidak bersih, hanya bermodalkan pewangi kiloan. Hasil setrika seadanya, tidak licin sama sekali. 

Sudah tiga kali pindah tempat cuci-gosok akhirnya kami berdua memutuskan mengambil alih tugas itu. Saya mencuci dengan mesin cuci, menjemurnya, mengambilnya jika sudah kering, dan mensortir pakaian yang disetrika atau yang langsung ditata di lemari. Sementara suami bertugas menyetrika seragam sekolah anak-anak dan baju kerjanya. Untuk memasukkan pakaian mengajar saya ada rasa tak tega. Akhirnya khusus baju saya, saya menyetrika sendiri. Padahal hasil setrikaan suami saya amat memuaskan, rapi jali!

Maka akumulasi dari semua kesibukan saya itu berakhir dengan sakit. Demam tinggi, hidung tersumbat, mata terasa panas, kepala pusing, nyeri sendi dari paha sampai betis, terasa perih saat menelan, meskipun air liur sendiri atau air putih kala minum. Sakit yang sebenarnya ringan jika datang satu persatu, menjadi menumbangkan saya ketika datangnya serentak bersama-sama. Akhirnya saya bed rest secara total. Semua kegiatan di-pending. Termasuk mengajar, padahal saya tahu betul konsekuensi tidak hadir adalah saya harus menggantinya di lain hari. Mengepaskan jadwal itu yang merupakan tantangan tersendiri. Tentu lebih mudah mengikuti jadwal resmi kampus. 

Saya meresapi keadaan ini dengan berusaha memetik hikmahnya. Saat sakit menjadi penjeda aneka ragam kesibukan. Allah menyayangi saya. Datangnya sakit insyaAllah merontokkan dosa-dosa saya. Berbaring beristirahat berarti mengambil rehat sejenak. Sembari memikirkan ulang manajemen waktu harian saya. Apa benar semuanya harus dikerjakan dengan tergesa-gesa. Pasca sehat nanti, bagaimana caranya agar semua selesai tapi saya tetap sehat. Mungkinkah sikap perfeksionis dalam pekerjaan rumah tangga benar-benar saya hilangkan?

Jika dibandingkan dengan keadaan saat ini terutama dua hari lalu, saya menjadi lebih menghargai saat sehat. Ternyata ya, yang namanya menelan dengan mudahnya itu nikmat, bisa makan apa saja dengan selera yang baik itu luar biasa. Menyelonjorkan kaki yang tidak nyeri itu bahagia. Bernafas dengan lega melalui hidung tanpa sumbatan itu menyegarkan. Kepala yang tidak pening itu menyenangkan. Bisa tertidur pada saat ingin tidur dan bangun lagi dengan bersemangat adalah karunia. MasyaAllah... sehat itu nikmat.

Salam literasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun