Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perahu Cinta Itu Adalah Keluarga, Buku Yang Sarat Inspirasi Berharga

27 Maret 2018   22:41 Diperbarui: 28 Maret 2018   22:03 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dok. Pribadi

Hari ini saya menerima buku berwarna kuning cerah keemasan ini dari abang Go Send. Perjalanan yang cukup berliku, mengingat saya memesannya melalui kakak angkatan kuliah dulu, Mbak Haryati, yang posisinya saat ini di Maluku Utara. Lalu Mbak Har meminta tolong Mbak Furoida di Bantul mengirimkannya ke Medan. Mungkin Mbak Furoida menyampaikan ke Mbak Lilis, temannya Mbak Har yang berdomisili di Medan juga untuk mengirimkannya ke saya, dan sampailah buku via layanan antar online langung di tangan. Alhamdulillah. 

Kebetulan beliau adalah salah satu penulis kontributor di buku berjudul "Perahu Cinta Itu Adalah Keluarga", sebuah antologi sarat inspirasi. Tulisan Mbak Har mengambil tajuk "Memikat Si Kecil Dengan Al Quran". Selain itu ada "Menutup Pintu Perselingkuhan" tulisan Mbak Rizki Kurnia Dewi teman sekelas saya di WWC #3, dan Mbak Betaria Sonata yang menulis "Kehadiran Ayah Dalam Keluarga", dan "Ibu Paling Bahagia Sedunia" karya Mbak Rizky Kurnawaty. Maaf yang luput disebutkan, sebab saya mesti mencocokkan nama antara yang di buku dan yang di GWA WWC #3.

Bukan tanpa sebab saya merasa perlu menuliskan apresiasi tentang buku parenting ini. Komandannya adalah guru saya, guru para akhwat dan ummahat semua. Ustadz Cahyadi Takariawan (Pak Cah) dan istri beliau, Ibu Ida Nurlaila (Bu Ida). Sampai saat ini beberapa buku karya Pak Cah dan Bu Ida tersusun rapi di lemari buku saya di rumah. Setelah tamat membacanya, sesekali saya baca lagi untuk mengambilnya menjadi referensi di tulisan-tulisan saya. 

Sedari kuliah saya sering menghadiri kajian-kajian yang beliau berdua sampaikan. Selain itu, 10 Agustus 2017 lalu saya mengikuti kelas menulis online, Wonderful Writing Class Batch 3 (WWC #3) Awalnya, saya di-WA Mbak Har diajak ikut serta. Kondisi saya di penghujung masa nifas, melahirkan putra keempat. Saya pikir tidak ada salahnya belajar menulis lagi. Setelah sekian lama "putus-sambung" dalam menulis. 

Akhirnya sejak mengikuti WWC-nya Pak Cah itu, saya ketagihan terus ikut pelatihan menulis. Ada lima atau enam pelatihan online yang saya ikuti. Merasakan ada manfaat dan mengalami peningkatan kemampuan dalam menulis. Meski sejak SD sangat suka mengerjakan PR mengarang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, ternyata yang namanya menulis itu tetaplah sebuah skill yang perlu dipelajari.

Membaca kumpulan tulisan para ibu ini saya seolah mendengarkan curhat tentang berbagai macam persoalan yang lazim dihadapi keseharian. Eitt, jangan apriori dulu, buku ini bukan berisi sembarang curhat. Tapi curhat yang elegan, menawarkan ragam solusi yang menarik dan inspiratif. Memupuk semangat menjadi istri, ibu dan orang tua yang lebih bijak lagi. Tidak ada kata "the end" untuk problematika rumah tangga, pengasuhan anak dan motivasi untuk terus-terusan memperbaiki diri. 

Awalnya saya langsung menuju halaman yang "gue banget", "Sepuluh Keuntungan LDR Dengan Suami", karya Vequentina Puspa, dan "No House Maid No Cry", tulisannya drg. Yunelia Ineke. Menariknya, Pak Cah dan Bu Ida juga "turun gunung" menulis tentang persoalan suami istri. Seperti biasa, tulisan Pak Cah tentang istri yang selalu ingin tahu, dibuka dengan ilustrasi yang juga memantik keingintahuan pembaca. Demikian pula tulisan Bu Ida, resep yang beliau berikan dalam menghadapi suami yang sedang berselingkuh, menurut saya cukup mujarab.

Meski tulisan saya belum masuk di buku antologi karya para alumni WWC dari Batch 1 sampai dengan Batch 3, saya tidak berkecil hati. Saya menyadari, draf tulisan saya yang berjudul "Behind The Story: Persalinanku Yang Keempat", mungkin kurang akomodatif untuk terangkut gerbong antologi perdana. Bayangkan saja, dari awal sampai halaman ketujuh, bercerita soal kehamilan dan detik-detik kelahiran anak saya. Namun demikian saya tetap bersyukur, jika tidak mengikuti WWC mungkin rekaman catatan saya tentang proses partus tersebut tidak kunjung selesai. 

Berbeda dengan waktu melahirkan anak ketiga, tujuh tahun silam, saya langsung menuliskannya sejak usia si bayi satu minggu. Terharu rasanya, catatan saya itu kini telah bisa dibaca langsung oleh putri saya. Mengenai jengkal demi jengkal deskripsi kisah kelahirannya. Spontan dia memeluk saya erat sehabis melahap notes Facebook yang bertajuk "Behind The Story: Persalinanku Yang Ketiga". Ternyata benar ya, saat menulis dapat meninggalkan "legacy" pada anak sendiri, rasanya sungguh luar biasa. 

Selamat atas terbitnya antologi pertama alumnus WWC, kepada teman-teman alumni, Pak Cah dan Bu Ida, dan para kru Wonderful Publishing. Teriring doa dan harapan semoga buku yang sarat inspirasi berharga ini, membawa berkah dan keharmonisan bagi keluarga Indonesia dan best seller di pasaran.

Salam literasi

Medan, 27 Maret 2018 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun