Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Nama

17 November 2017   17:12 Diperbarui: 17 November 2017   17:20 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu waktu masih duduk di kelas IV SD, saya pernah mengajukan ganti nama ke ayah dan ibu. Alasannya, kata guru nama saya susah disebutkan. Saya minta diberi nama pengganti Novi atau Nova. Kebetulan lahir di bulan November, kan pas tuh namanya Novi. 

Apalagi kelas kami saat itu kedatangan murid baru yang bernama Nova. Anaknya cantik, rambutnya panjang, ikal. Orangnya keindo-indoan. Mirip bule. Segera saja Nova menjadi idola anak kelas empat. Meski yang pegang rangking satu selalu saya, Nova si murid baru langsung masuk sepuluh besar. Sepertinya semua anak ingin jadi temannya. Berbekal kesan bahwa yang namanya Nova itu cantik, pintar dan banyak temannya, saya pun ingin memiliki nama demikian. 

Ibu saya hanya tersenyum, ayah yang menjelaskan dengan panjang lebar. Bahwa nama itu adalah doa. Ada harapan kebaikan di dalamnya. Agar anak yang disemati nama indah itu mudah-mudahan dapat menyesuaikan sifatnya dengan arti nama. Ayah dan ibu berkewajiban menghadiahkan nama terbaik bagi anaknya.

Nama ayah saya Abdul Halim Ibrahim. Al Halim itu bagian dari asmaul husna yang berarti Maha Penyantun. Sama maknanya dengan Maha Pengasih, Maha Penyayang. Adapun Ibrahim adalah nama kakek saya.  

Ibu saya bernama Nur Aisyah. Jadi Nur yang menjadi nama depan saya berasal dari nama beliau. Digabungkan dengan nama ayah saya, halim, hilmi, hilmiyah. Jadilah Nurhilmiyah. Cahaya kesantunan, kelembutan, kira-kira demikian. Mendengar penjelasan ayah saya, akhirnya saya bisa menerimanya.  

William Shakespeare boleh mengatakan, "What's in a name? That's which we call a rose, by any other name would smell a sweet." Namun bagi saya pribadi, menyesuaikan sifat dengan nama, menjadi tantangan tersendiri. Jika saya terpaksa bersikap yang berseberangan dengan nama, seolah-olah arti nama itu menjadi self reminder. Yang jelas, di hari akhir kelak semua manusia akan diabsen nama-namanya. Bersyukurlah bila orangtua diberi nama yang bermakna baik. 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun