Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ucapan Itu Harusnya untuk Dia

15 November 2017   15:10 Diperbarui: 15 November 2017   15:12 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lazimnya ucapan ulang tahun kepada seseorang diberikan seiring bertambahnya usia. Sahabat dan saudara memberikan doa-doa kebaikan agar senantiasa dikaruniai usia yang berkah. Pernahkah berpikir, sebenarnya siapa yang lebih berhak diberikan ucapan selamat?

Jawabannya sudah pasti adalah ibunda. Peristiwa hukum (rechtsfeiten) berupa kelahiran memiliki pemeran utama yaitu ibu yang melahirkannya. Jika dalam sebuah film aktris bisa digantikan stuntman, dalam suatu proses melahirkan, baik normal maupun sesar, tentu ibu tak kan sanggup digantikan siapapun, termasuk oleh ayah.

Menahan sakitnya kontraksi, apalagi saat sudah mendekati bukaan sepuluh, tubuh sampai bergetar dan gigi gemeretuk. Keringat bercucuran bagai buruh kasar yang bekerja berat. Hanya asma Allah yang sanggup dilafalkan. Tak ada manfaatnya mengeluh kesakitan atau bahkan hingga berteriak-teriak. Sama sekali tidak membantu mengurangi rasa nyeri yang hebat.

Bersyukur jika ada suami sebagai pendamping persalinan. Pantaslah ada yang mengatakan bahwa sakitnya melahirkan berada di nomor urut dua. Lalu, apakah ada sakit yang menjuarainya? Ada. Kematian! Itulah sebabnya saat persalinan ibu menghadapi keadaan hidup atau mati. Ibu yang meninggal waktu melahirkan dikategorikan sebagai syahid dunia.

Alhamdulillah bayi lahir dengan selamat dan langsung ditangani dokter spesialis anak. Bila ada tindakan episiotomi, maka jalan lahir harus dijahit. Zaman dahulu ada istilah dijahit mentah. Ibu diminta suster menggigit handuk untuk menahan rasa perih dijahit. Katanya setelah sembuh benang jahitan akan dibuka pula. Membayangkannya saja merasa ngilu.

Untunglah zaman sekarang benang yang digunakan adalah benang daging, sehingga setelah luka sembuh akan menyatu dengan sendirinya. Mohon kepada bidan atau DSOG yang lebih memahami proses ini diluruskan bila kurang tepat. Waktu saya melahirkan anak ketiga tahun 2011 lalu, bidan membius lokal saat melakukan penjahitan.

Memang tak ada rasa sakit saat dijahit. Tetapi jangan ditanya setelah efek bius lenyap. Sakit luar biasa! Saya jadi membayangkan kakak dan adik saya yang dua kali mengalami anestesi kala bedah sesar melahirkan anak-anak mereka. Betapa sakitnya ketika efek bius berangsur hilang.

Dua jam pasca partus, ibu masih diobservasi. Dokter spesialis kandungan memastikan tidak ada perdarahan abnormal yang dialami ibu. Perdarahan post partum adalah penyebab utama ibu melahirkan. Selamat dari proses melahirkan, bayi mungil minta disusui. Payudara membengkak. Terkadang menyusui pertama kali menimbulkan pengalaman dramatis bagi ibu.

Tapi ibunda mampu melewati semuanya. Ada sebongkah besar stok kasih sayang yang menguatkannya. Segunung keikhlasan yang mendasari ia tegar melaluinya. Segenap rasa sakit, ngilu, perih, nyeri seakan sirna tak bersisa kala ia menatap wajah si bayi kecil. Sambil melantunkan doa-doanya, mengelus pipi si mungil yang halus, ibu bergumam lirih,"Selamat datang di dunia, Sayangku."

Ibulah yang selayaknya memperoleh segala ucapan dan doa-doa di hari lahir anaknya.

Salam literasi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun