Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulanglah TKI Kerinci, Jangan Bawakan Kami Oleh-oleh, yang Penting Kalian Dikarantina Dulu

30 Maret 2020   23:04 Diperbarui: 31 Maret 2020   21:17 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto ilustrasi: galamedianews.com

Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda covid 19 menjinak. Malahan semakin ganas. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto mengungkapkan, total kasus per hari ini Senin 30 Maret 2020, Indonesia berada pada angka 1.414  Sembuh 75 orang, dan meninggal 122 orang. DKI Jakarta  masih sebagai wilayah dengan jumlah positif corona terbanyak. Yaitu 698 kasus (kompas.com, 30/03/2020).

Wajar. Kota besar seperti Jakarta tempat empuk bagi mewabahnya segala jenis virus. Termasuk covid-19. Mengingat kota metropolitan tersebut merupakan tempat berkumpulnya jutaan manusia yang berasal dari seluruh penjuru dunia.

Berbeda dengan alam pedesaan. Dimana, antara individu satu dan  lainnya nyaris saling mengenal. Tak ada yang perlu dicurigai sang pemilik wajah punya riwayat dengan daerah terjangkit atau tidak. Masyarakat menghadapinya biasa-biasa saja.

Namun, kondisinya jadi berubah setelah petugas woro-woro, berkonfoi  menggunakan pengeras suara di sepanjang jalan raya. Mereka mensosialisasi sekaligus menyampaikan anjuran pemerintah pusat agar masyarakat merealisasikan Sosial Distancing. Dan himbauan lainnya terkait dengan cara-cara mencegah dan memutuskan mata rantai penyebaran covid-19.

Program tersebut lumayan ampuh. Biasanya setiap malam bengkel motor di sebelah rumah saya menjadi stasion berkumpulnya para pemuda dari desa tetangga. 

Di sana remaja  cowok tersebut mencari signal untuk main handphone.  Tak jarang memereka bubar setelah pukul 01.00. Sekarang kegiatan tersebut tidak ada lagi.

Jalan-jalan desa pun tanpak lebih sepi dari biasanya. Seperti negeri tak berpenghuni. Terutama dari pagi hingga pukul 07.30. Ini adalah dampak dari kebijakan Pemerintah Daerah Kerinci yang meliburkan sekolah TK, SD, SMP, dan SMA selama 2 minggu.

Yang mengkhawatirkan dan sulit dihindari adalah kontak langsung dengan orang-orang yang pulang dari wilayah terpapar virus corona. Seperti para TKI Malaysia yang sekarang lagi musimnya mereka pulang. Sampai di desa mereka bebas berkeliaran, bersalaman, layaknya orang baru pulang dari merantau. (walau tidak semua).

Padahal yang bersangkutan telah diberi tahu, mereka yang berasal dari daerah terjangkit covid-19 ditetapkan oleh Kadis Kesehatan Kerinci Hermendizal, sebagai orang dalam pemantauan (ODP). Hermendizal mengimbau agar mereka mengisolasi diri secara mandiri selama 14 hari. Apabila ada gejala demam atau batuk, mereka disarankan memeriksa diri ke petugas kesehatan.

Yang paling mengerikan tempat tinggal Ribuan TKI asal Kerinci di Malaysia saat ini berada diwilayah zona merah corona.  Daerah tersebut adalah Kawasan Pantai Dalam, Kampung Kerinci, dan Hulu Langat.

Sampai di Kampung pun problem lain menghadang. Tradisi di desa rertentu, orang sakit ditutup-tutupi  tidak boleh dikasih tau siapa-siapa. Kalau sakit biasa saja mereka rahasiakan. Apalagi terinfeksi virus corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun