Belut adalah kelompok ikan yang biasa hidup di rawa dan sawah. Hewan ini dikenal sebagai lauk yang sedap disantap bersama nasi. Bentuk tubuhnya yang licin dan panjang mirip ular membuat tampilannya menggelikan. Wajar, tidak semua orang suka mengonsumsinya.
Semasa saya kecil, sore-sore bapak memasang perangkap (lukah) lele di rawa-rawa. Jika hujan turun malam, ditengok paginya yang kena malah ikan belut dalam kondisi mati, karena berdesak-desakan memadati lukah. Ukurannya segede lengan bayi dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Dalam perutnya ada telur bulat-bulat warna oren, lembek, sebesar ujung telunjuk.
Semua ikan tersebut terbuang sia-sia. Sebab, rata-rata orang kampung saya tidak suka makan belut. Termasuk keluarga kami.
per Tak heran, orang Kerinci yang lama di rantau, suatu saat sangat merindukan sambal belut. Terlebih buatan ibunda tercinta. Umumnya dimasak dalam kondisi kering setelah dijemur pada terik matahari.Â
Belut Kerinci terkenal lezat dibandingkan belut daerah luar. Ukurannya kecil, dengan panjang berkisar antara 25-50 cm. Kalau ada yang lebih besar, boleh jadi dipasok dari luar Kerinci dan bukan belut sawah. Dijual murah pun, kurang dilirik oleh konsumennya.
Lucunya, belut di Kerinci punya cita rasa berbeda antara persawahan satu dengan lainnya. Katakanlah belut yang hidup di daerah A belum tentu sama gurihnya dengan daerah B.
Selain dagingnya yang sedap, belut disebut sebagai ikan dengan kandungan nilai gizi yang tinggi.
Ditulis oleh DokterSehat.Com, kandungan gizi makro yang ada dalam satu cup atau satu porsi belut, setara 150-180 gram belut, adalah: (1) kalori sebesar 384 kkal (2) karbohidrat sebesar 7,85 gram (3) protein sebesar 28,5 gram (4) lemak 25,5 gram.
Selain itu, kandungan gizi mikro yang unggul pada belut adalah: (1) fosfor, yang penting untuk mendukung pembentukan tulang dan pencegahan osteoporosis (2) zat besi, pada belut kandungan zat besinya bemutu gizi tinggi (3) vitamin A dan B kompleks (4) serta mineral turunan protein yang cukup lengkap dan baik untuk mendukung sistem tubuh