Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khawatir Diperas "WTS", Terbongkar Fakta yang Mengharu Biru

26 Oktober 2018   23:14 Diperbarui: 27 Oktober 2018   08:48 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyali saya kecut mengerucut. Takutnya dia melawan terus berantam. Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa.  Cowok hitam manis itu pergi.

***

Shefie bersama Uyun Koto. Dokumen pribadi
Shefie bersama Uyun Koto. Dokumen pribadi
Seminggu lalu, saya dan suami pulang dari rumah sakit untuk perawatan gigi. Di jalan, bertemu dua truk ngtem di pinggir jalan. Satu warna merah yang lainnya kuning. "Kalau kekurangan bahan nulis, bisa ngobrol sama Pak Supir tadi." Kata suami saya setelah melewati truk itu kurang lebih lima ratus meter.

"Tak usah. Kejauhan," jawab saya.

"Ini yang namanya momen penting dan langka," balasnya.

Saya berpikir sejenak. "Okey kalau begitu."

Motor berputar haluan. Sampai di lokasi, tiga pria ngumpul di bahu jalan diantara mobil satu dengan lainnya.  Ketiganya hampir sebaya . Sepantaran tiga  puluhan tahun.

Saya salami mereka satu per satu.  Setelah berkenalan dan sedikit berbasa basi, saya sampaikan maksud padanya. Minta mereka  berbagi pengalaman tentang suka dukanya selama menjadi sopir.

Uyun Koto dan Isterinya tercinta. Foto kiriman Uyun Koto
Uyun Koto dan Isterinya tercinta. Foto kiriman Uyun Koto
Satu darinya menolak. Alasannya, mereka bukan membawa barang terlarang. "Kami mencari sesuap nasi untuk anak bini,"  tegasnya agak merendah. Kalau mencari berita, angkat  masalah pungli yang dilakukan oknum petugas terhadap kami. Saya siap menjadi nara sumber."

"Memang Pak Supir pernah mengalaminya?"

"Iya. Setiap kami lewat pasti dia minta duit. Kalau tak dikasih dia marah. Padahal, untuk perut kami sendiri belum tentu dapat. Tengoklah sekarang! Mobil rusak berat. Sudah pasti butuh biaya besar untuk memperbaiki," keluhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun