Surabaya, 15 Mei 2024 -- Proyek Kemanusiaan Program Studi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang bekerjasama dengan Puspaga (Pusat Pembelajara Keluarga) yang dinaungi oleh DP3APPKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana) Kota Surabaya. Mahasiswa Proyek Kemanusiaan ini sebagai Fasilitator Puspaga yang ditempatkan pada Balai RW. Fasilitator Balai RW ini memiliki tugas membantu melayani permasalahan keluarga dan anak.
Saya Nur Ridho Aisyah yang sedang menempuh mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Prodi Psikologi dan menjadi salah satu fasilitator Balai Rw yang bertugas di Balai RW 13 Embong Kaliasin, yang di dampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Devi Puspitasari S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Denia Martini Machdan, S.Psi., M.Psi., Psikolog yang bertugas sebagai mentor.Â
Saya menemukan beberapa permasalahan yang sedang dialami oleh anak - anak sekitar Balai RW, salah satu permasalahan yang saya temui adalah bullying yang sedang marak terjadi pada lingkungan sekolah. Bullying memiliki arti sebagai perundungan. Perundungan yang biasa saya temui di sekitar ialah bercanda menggunakan nama orang tua, selalu mengolok - olok fisik, menghina penampilan, ras, dan menghina keluarga. Perundungan yang dilakukan dari yang mulai ringan sampai pada ke perundungan yang berat, tidak semua mengetahui dampak dari bullying maka dari itu edukasi bullying perlu dilakukan agar mengurangi angka bullying. Hal tersebut merupakan kesempatan untuk melakukan edukasi dengan sekolah terdekat di Balai RW 13.
Lalu saya dan rekan - rekan melakukan edukasi "Dampak dan bahaya Bullying" pada siswa kelas 5 SDN Kaliasin V/284. Rabu (15/05/2024) Saat edukasi berlangsung, siswa - siswi kelas 5 sangat antusias dan bersemangat, sebelum menyampaikan materi saya menyebarkan pre-test terlebih dahulu, lalu menyampaikan materi mengenai pengertian, jenis - jenis, contoh, dampak bagi korban dan pelaku, dan cara mengatasi bullying dan dilanjut dengan menayangkan video.
Setelah materi selesai ada salah satu siswa yang mengatakan bahwa terkadang mereka berniat bercanda, lalu kemudian temannya menjawab bahwa bercandaan yang dilontarkan termasuk bullying karena membahas fisik seseorang. Lalu saya menyampaikan bahwa bercanda tidak perlu sampai mengolok - olok seseorang, kemudian setelah itu kita berlanjut ke sesi tanya jawab. Sebelum lanjut penyampaian post-test kita melakukan ice breaking dan beberapa siswa berani maju kedepan untuk memberikan kesimpulan dari psikoedukasi tersebut. Setelah semua sesi selesai kita melakukan foto bersama untuk dokumentasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI