Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Film

Nasib Film di Kala Pandemi

30 Maret 2021   14:09 Diperbarui: 30 Maret 2021   14:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan film (sumber : genpi.id)

Pada hari ini tanggal 30 Maret tepat diperingati sebagai Hari Film Nasional. Dipilihnya tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional karena menurut sejarahnya, tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa karya dari alm. Usmar Ismail. Maka dari itu, Usmar Ismail diangkat sebagai Bapak Perfilman Indonesia. Sebelum Usmar Ismail memproduksi sebuah film Darah dan Doa, film-film di Indonesia yang saat itu dijajah oleh bangsa Belanda diproduksi oleh sineas berkebangsaan asing. Film-film Indonesia saat itu yang populer adalah Njai Dasima (1929) dengan disutradai oleh Lie Tie Swie, sutradara berkebangsaan Tionghoa dan Loetoeng Kasaroeng (1926) yang disutradarai oleh G. Kruger dan L. Heuveldorp, dua sutradara berkebangsaan Belanda.

Film di Indonesia sempat berjaya di tahun 1970-an dan 1980-an dengan munculnya film-film komedi seperti film-film yang dibintangi Kwartet Jaya, Warkop DKI, Srimulat, dll. Namun pada pertengahan tahun 1990-an, film di Indonesia sempat terpuruk  hingga akhirnya kembali bangkit pada awal era 2000-an ditandai dengan munculnya film Ada Apa Dengan Cinta? (2002) yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo dengan produser Riri Riza dan Mira Lesmana. Pada tahun-tahun berikutnya, perfilman Indonesia saling silih berganti menghiasi layar bioskop di Indonesia dengan berbagai genre film.

Namun bagaimana nasib perfilman Indonesia dikala pandemi Covid-19 ini? Seperti halnya konser musik, pembuatan film pada awal pandemi Covid-19 sempat dihentikan sementara supaya tidak terjadi kerumunan yang menyebabkan penambahan klaster penularan virus yang berasal dari Wuhan, China ini.

Gedung-gedung bioskop pun ditutup dan film yang seharusnya dirilis pada tahun 2020 mengalami penundaan seperti perilisan film dokumenter tentang perjalanan grup band Seventeen yang berjudul Kemarin. Namun ada beberapa film yang dirilis melalui media online sehingga bisa ditonton di rumah tanpa harus berkerumun di gedung bioskop.

Sebelum pandemi Covid-19, saya juga sempat menonton film di Lippo Plaza, Yogyakarta. Film yang saya tonton itu berjudul Akhir Kisah Cinta Si Doel yang kebetulan dirilis pada tanggal 23 Januari 2020 silam. Pada hari itulah saya terakhir menonton film sebelum akhirnya seluruh gedung bioskop ditutup massal akibat dari masuknya virus Corona ke Indonesia pada awal Maret 2020.

Itulah sedikit ulasan saya tentang perfilman. Mohon maaf jika ulasan saya tadi ada yang kurang tepat. Semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga kita bisa menonton film di bioskop lagi dengan leluasa. Selamat Hari Perfilman Nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun