Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bing Slamet, Seniman Serba Bisa yang Sampai Saat Ini Tidak Tergantikan

27 September 2020   07:00 Diperbarui: 27 September 2020   07:03 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bing Slamet. (sumber: Merdeka.com)

Jika di Malaysia ada P. Ramlee, maka di Indonesia pun juga ada seniman yang serba bisa bernama Bing Slamet. Bing Slamet lahir di Cilegon, Banten pada tanggal 27 September 1927. Ayahnya, Rintrik Achmad adalah seorang mantri pasar. Bing Slamet seolah dilahirkan sebagai penghibur siapa pun. Bahagia dan gelak tawa, adalah jasa yang selalu ditampilkannya.

Bing Slamet memulai karirnya di dunia hiburan pada tahun 1939, saat usianya 12 tahun. Saat itu, dia ikut mendukung dalam Orkes Terang Bulan pimpinan Husin Kasimun. Pada saat itulah bakat Bing dalam dunia seni mulai terlihat sampai-sampai dia rela menampik keinginan ayahnya untuk menjadi seorang dokter ataupun insinyur demi menjadi seorang seniman. Walaupun Bing sempat mengenyam pendidikan di bangku HIS Pasundan, HIS Tirtayasa, dan STM Pembangunan, tetapi dia tetap memilih berkarir di bidang seni.

Bing Slamet mengawali kariernya di dunia tarik suara saat dia bergabung di Radio Republik Indonesia (RRI). Di RRI, Bing Slamet banyak sekali menyerap ilmu dan pengalaman dari pemusik bernama Iskandar dan pemusik keroncong ternama yang bernama M. Sagi, serta sahabat-sahabat pemusik lainnya antara lain Sjaiful Bachri, Sutedjo, dan Ismail Marzuki (pencipta lagu Rayuan Pulau Kelapa yang terkenal itu). 

Pada tahun 1944, Bing berjumpa dengan penyanyi keroncong Sam Saimun saat bertugas di Yogyakarta. Sam Saimun adalah penyanyi panutannya. Bahkan, ada yang menyebut bahwa timbre vokal Bing itu mirip dengan Sam Saimun.

Pada tahun 1949, untuk pertama kalinya suara baritone Bing Slamet menghiasi soundtrack film Menanti Kasih yang disutradarai oleh Mohammad Said dengan pemerannya adalah Abdul Hamid Arief dan Nila Djuwita. 

Pada tahun 1960-an, Bing Slamet membentuk grup musik yang bernama Eka Sapta. Grup band Eka Sapta beranggotakan Bing Slamet (gitar, perkusi, vokal), Idris Sardi (bass, biola), Ireng Maulana (gitar, vokal), Benny Mustafa (drum), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), dan Muljono (piano). 

Eka Sapta menjadi fokus perhatian karena keterampilannya memainkan musik yang tengah tren pada zamannya. Eka Sapta lalu merilis sejumlah album pada label Mutiara, Bali, Canary, dan Metropolitan (yang kelak kemudian berubah nama menjadi Musica Studio's, label rekaman yang menaungi Chrisye, Noah, D' Masiv, Nidji, dll.). 

Pada tahun itu pula Bing Slamet membentuk grup lawak Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Sud. Bing Slamet menjadi anggota dari grup lawak tersebut sampai menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17 Desember 1974. Bing Slamet wafat pada usia 47 tahun. Andaikan Bing Slamet masih hidup, mungkin saat ini sudah berusia 93 tahun dan hidup bersama anak, cucu, dan cicitnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun