Menyoroti Ideologi Muhammadiyah
Oleh : Nurohmat
Dalam rangka memenuhi undangan salah satu pengurus ranting Muhammadiyah, saya didaulat untuk menjadi pembicara, tema yang diminta oleh pembawa acara adalah tentang Ideologi Muhammadiyah. Â Tema tersebut saya ketahui beberapa detik sebelum saya bicara di forum. Namun, meski demikian bagi saya bukanlah menjadi suatu persoalan.
Memulai pembicaraan, saya mengutip buku the Venture of Islam, Marshall Hodgson yang menanyakan, " Apakah realitas Islam ?" Dalam persepsi Hodgson  terdapat dua hal mengenai realitas dunia Islam, yakni : Islamic (Islam Ideal) dan Islamicate ( Islam pada kenyataannya). Mengenai istilah Islamicate ( keislaman), kita akan menangkap hal-hal yang kontras di kalangan penganut Islam, selain hal-hal lain yang banyak sekali  memiliki kesamaan dan atau kemiripan.
Pada kenyataannya, ekspresi umat terhadap Islam itu beragam sebagai akibat dari pergumulan dan dialog yang dinamis serta kontinum antara teks-teks yang termuat di dalam kitab suci dan sunnah Nabi dengan realitas kehidupan sosial, budaya, dan politik umat.
Sebagai contoh, ekspresi masyarakat Arab terhadap Islam pasti ada perberbedaan dengan ekspresi masyarakat Indonesia terhadap Islam, demikian pula di belahan dunia lainnya. Ekspresi Muhammadiyah terhadap Islam pasti akan memiliki titik tekan perbedaan bila dibandingkan dengan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama dan ormas-ormas Islam lain disamping  memiliki banyak kesamaan lainnya.Â
Bahkan realitasnya, ekspresi saya dengan Anda terhadap Islampun  pasti akan berbeda dalam hal-hal tertentu, meskipun sama-sama Islam dan sama-sama bergiat dalam ormas Islam tertentu.
Perbedaan ekspresi umat Islam terhadap Islam tidak terlepas dari pendekatan Ideologi yang dianut oleh yang bersangkutan. Menyoroti ideologi  keislaman,  Haedar Nashir dalam bukunya Memahami Ideologi Muhammadiyah (2015),  menyebutkan bahwa dalam konteks modern terdapat tiga kelompok pemikiran atau orientasi ideologi  yang muncul dalam lingkungan umat Islam, yaitu: Neo-Revivalisme Islam, Neo-modernisme Islam, dan Neo-tradisionalisme Islam.Â
Ketiganya adalah reproduksi dan reaktualisasi Revivalisme, Modernisme, dan gerakan tradisionalisme yang muncul kembali dalam keyakinan dan orientasi religius yang cenderung lebih radikal dan progresif dibandingkan dengan yang sebelumnya. Â Muhammadiyah sebagai gerakan Islam menurut Haidar Nashir sering kali disebut perwakilan dari modernisme Islam.
Lebih lanjut Haidar Nashir merujuk pendapat William Shepard yang  mengkategorikan Muhammadiyah sebagai kelompok Islam modern (baca: Islam berkemajuan), yang lebih berfokus pada pembangunan masyarakat Islam ketimbang  negara Islam dimana fokusnya  adalah pada gerakan-gerakannya di bidang pendidikan, kesehatan,  dan sosial kemanusiaan. Â
Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dakwah  sangat berkontribusi dalam upaya meningkatkan Human Development Index dalam konteks ke-ummatan. Untuk itu, sebagai bagian dari kelompok Islam berkemajuan, disamping menelaah dan mempelajari teks-teks Islam dan keislaman, upaya khusus untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia ( pendidikan, kesehatan, ekonomi) di level personal, keluarga, dan umat bahkan bangsa dan negara wajib  kita ikhtiarkan dan perjuangkan. (*)
Cirebon, 28 September 2020.