Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senandika Pagi: Persoalan Etis

26 September 2020   08:45 Diperbarui: 26 September 2020   08:49 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Nurohmat

Pagi ini,  selepas bermunajat dan menyendiri berharap belas kasih Tuhan,  pikiran saya menggeliat, demikian pula dengan batin saya, dialog rutin setiap pagi antara diri saya dengan diri saya yang lain terus berkembang dan semakin seru. Ya, setiap hari saya merasa keasyikan bersenandika, suatu aktivitas bercakap-cakap dengan diri sendiri. Dimana itu? kadang di atas hamparan sajadah, di ruang tamu, bahkan di kamar mandi atau toilet.

Pagi ini saya bersenandika di ruang tamu, tema pembicaraannya adalah soal etika. Pembicaraan dengan diri sendiri itu diawali oleh sebuah ajuan pertanyaan  "mengapa kita harus bertindak etis dan sedapat mungkin meredam diri untuk mengejar kepentingan pribadi?"
Pertanyaan tersebut seperti pelumas yang memudahkan gerak pikir dan gerak batin. Tetiba diri saya yang lain menanggapinya cukup serius.

Apa tanggapannya? Menurut diri saya yang lain, mengejar kepentingan pribadi tanpa henti dan tanpa etika  akan menimbulkan mala petaka. Awal malapetaka bermula ketika dirimu menjadi inspirasi keburukan bagi orang lain dan berupaya memanipulasi situasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa memperhatikan dampak  tindakan bagi orang banyak yang lambat laun menimbulkan " tragedy of the commons", kehancuran bersama.

Dalam sebuah buku Essential of Contemporary Management (2017), sumber  etika yang dianut oleh sebuah organisasi bersumber dari etika sosial yang dianut, etika masing-masing individu, dan  etika profesi. Praktik organisasi yang abai terhadap  ethical behaviour memiliki konsekuensi terhadap merosotnya efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi serta merosotnya mutu dan etos  organisasi.

Untuk itu, tidaklah heran jika belasan abad yang lalu,  Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan kepada umatnya  bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan persoalan etis seluruh manusia.  Jadi, persoalan etis merupakan persoalan serius yang harus    'dibereskan' secara etis juga.

Unethical behaviour adalah biang kerok kerusakan, kemunduran, dan kemelaratan individu, kelompok, organisasi, perusahaan, rumah tangga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Ingat,  persoalan etis berdampak juga terhadap persoalan etos seperti  etika diri, etika jabatan, etika kerja, dan sebagainya.

Jadi, mudah saja untuk melihat sesuatu itu alamat hancur atau maju. Lihat saja, apakah di dalamnya tumbuh sumbur perilaku etis atau malah unethical behaviour?

Sebagai pribadi coba telaah dalam-dalam, jangan-jangan kita telah memberikan kontribusi terhadap unethical behaviour sehingga turut merusak diri kita, rumah tangga kita, tempat kerja kita, dan masyarakat serta bangsa kita.

Cirebon, 26 September 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun