Mohon tunggu...
Nur Muhammadian
Nur Muhammadian Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis buku "Kripik untuk Jiwa - Renyah Dibaca, Bergizi dan Gurih Maknanya". Aktifis kampanye hidup efektif dan bahagia, bahwa bahagia itu mudah dan sederhana. Official Web : http://www.nurmuhammadian.com. Mengelola Fanpage Cahaya Selaras Insani di Face book http://www.facebook.com/nmdian http://www.facebook.com/cahayaselarasinsani Follow Twitter : @nurmuhammadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Komunikasi] Menghargai dengan Menyebut Nama

9 Juli 2012   03:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita ,sebagai mahluk sosial, selalu membutuhkan orang lain. Kita selalu membutuhkan orang-orang dengan profesi bermacam-macam, di dalam masyarakat manapun. Setiap hari kita dikelilingi oleh banyak orang dengan berbagai macam profesi yang mendukung hidup kita.

Sejak bangun tidur, bagi yang beragama Islam, kita sudah mendapatkan bantuan dari Takmir Masjid yang mengumandangkan adzan Shubuh. Pagi sekali, sebelum matahari terbit, beberapa petugas kebersihan sudah menjalankan tugasnya mengangkut sampah kita. Begitulah selanjutnya, kita akan bertemu dan mendapat dukungan dari sopir, tukang, ahli, pakar, yang benar-benar kita butuhkan untuk menjalani hari-hari, bukan sekedar melengkapi. Melalui mereka, dengan KuasaNYA, Tuhan mempermudah hidup kita. Sebaliknya, kita dituntut untuk berkontribusi untuk sesama dan semesta.

Kita semua memiliki peran masing-masing dalam masyarakat, dan dibutuhkan sikap saling menghargai peran pihak lain. Sudahkah kita menghargai dan mengapresiasi jasa-jasa orang lain di sekitar kita? Bagaimana caranya?

Semakin bagus sikap kita dalam menghargai kontribusi orang-orang di sekitar kita, semakin tinggi kualitas jasa dari mereka terhadap kita. Tentu saja, hanya sikap penghargaan yang tulus yang layak diperhitungkan.

Sikap kita terhadap orang-orang di sekitar kita yang paling sederhana dan mendasar adalah dengan mengenal mereka, diawali dengan mengetahui nama mereka. Mengetahui nama mereka satu per satu adalah langkah awal yang wajib kita lakukan.

Siapa Takmir Masjid yang mengumandangkan Adzan di Masjid terdekat? Masihkah kita menyapa  “Assalaamu’alaikum Pak Takmir”?

Siapa petugas kebersihan yang mengangkut sampah kita? Pantaskah kita berterima kasih dengan berucap “Terima kasih Pak Sampah”?

Siapa sopir angkot yang secara rutin, biasa mengantar kita? Meskipun hampir  tiap hari bertemu masihkah kita berteriak “Depan belok kiri Pir”?

Siapa nama petugas HANSIP atau SATPAM lokasi perumahan atau tempat kerja kita? Siapa nama penjual sayur? Siapa nama penjual roti?

Bahkan meskipun kita baru bertemu dan menggunakan jasa seseorang, dia merasa sangat dihargai saat kita menyebut namanya. Bagi petugas pelayanan di perusahaan, wajib menyebut nama pelanggan minimal tiga kali selama proses pelayanan. Hal itu dikarenakan sifat dasar manusia yang ingin diakui keberadaannya, jati dirinya.

Sejak lahir masing-masing kita memiliki identitas. Identitas yang kita bawa sejak lahirlah yang mewakili jati diri kita.

Memang, ada beberapa profesi atau jabatan yang terasa lebih terhormat untuk digunakan sebagai panggilan. Ada pula gelar-gelar dalam masyarakat yang lebih mulia digunakan dibanding nama asli sang penyandang. Namun, profesi atau jabatan atau gelar mulia itu disebut dan digunakan dengan penuh hormat, bukan karena si pemanggil tidak tahu atau tidak mau tahu nama yang dipanggil.

Saat kita membuat orang lain merasa dihargai, sejatinya kita telah menempatkan diri kita di hati mereka. Adakah cara yang baik dalam bermasyarakat selain itu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun