Mohon tunggu...
Nur Khasanah
Nur Khasanah Mohon Tunggu... Penulis - Mencari dan Berbagi Pengetahuan Dengan Menulis

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersedekah kepada Semut?

21 Juni 2020   15:49 Diperbarui: 21 Juni 2020   15:53 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : https://www.facebook.com/AyatSentapan

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah tayangan di YouTube, yang mudah-mudahan menjadi renungan bagi kita semua dalam kehidupan ini. Seorang nenek tua, si "Mbok", begitu panggilan akrabnya. Si Mbok adalah seorang penjual klepon. 

Setiap pagi Ia keliling kampung menjajakan dagangannya.Terlihat kehidupan si Mbok tersebut sangat sederhana. Namun yang unik dari si Mbok adalah setiap kali melayani pembeli, ia selalu menjatuhkan setetes gula cair ke tanah, lalu pergi.

Suatu hari, ada seorang pemuda yang merasa iba sekaligus penasaran melihat nenek tersebut. Iba, karena dalam usianya yang cukup renta, nenek tersebut seharusnya sudah menikmati hari-hari di rumah bersama anak cucunya. 

Penasaran, karena bila diperhatikan, setiap kali ada yang membeli dagangannya, nenek tersebut selalu menjatuhkan setetes cairan gula ke tanah yang ada di sebelah kanannya ia duduk. Tak ayal, semut-semut pun berdatangan mengerumuni tetesan gula tersebut.

Saking penasarannya, pemuda tersebut menghampiri si Nenek dengan alih-alih membeli klepon tersebut. Benar saja, setelah si Mbok memberikan kue klepon kepada si pemuda, si Mbok kemudian meneteskan air gula ke tanah. Akhirnya bertanyalah pemuda tersebut kepada  si Mbok.

"Mbok, kok si Mbok meneteskan air gula ke tanah, kenapa mbok?", tanya si pemuda.
"Iya Nak, ini sebagai penglaris," demikian jawab si Mbok. Mendengar jawaban si Mbok, pemuda tersebut tercengang, kemudian termenung beberapa saat. Ada rasa su'udzon atau buruk sangka terhadap si Mbok.
"Penglaris?, Maksudnya apa Mbok?", Si pemuda bertanya lagi.
"Iyaa, si Mbok ini kan berjualan disini sudah berpuluh-puluh tahun, Nak. Si Mbok selalu meneteskan air gula ke tanah, untuk memberi sedekah pada semut, nak. Yang namanya sedekah itu kan ga harus banyak, sedikit kalau ikhlas, pasti akan di terima Alloh. Sedekah banyak juga kalau ga ikhlas ya mubadzir, Nak", begitu kata si Mbok.

Kemudian si Mbok melanjutkan ucapannya lagi,  "Memang, setetes air gula ini ga banyak Nak, bagi kita hanya terasa manis diujung lidah, tapi setetes air gula ini bisa untuk memberi makan puluhan semut Nak. Jadi semut-semut ga harus susah cari makan", begitu lanjut si Mbok diikuti dengan anggukan beberapa kali dari si pemuda tanda mengerti.

"Alhamdulillah, dari berjualan ini, si Mbok bisa menghidupi si Mbok, dan anak si Mbok. Anak  si Mbok bisa selesai kuliah dan sekarang kerja di Pertamina. Suami si Mbok sudah meninggal sejak anak si Mbok kecil. Dan anak si Mbok sekarang bekerja di Pertamina, Nak. Kemarin saya habis pulang umroh lho Nak, anak saya yang memberangkatkan. Alhamdulillah, rejeki si Mbok tak pernah putus", lanjut si Mbok lagi.

Itulah sepenggal cerita, seorang nenek yang selalu ikhlas bersedekah, walaupun kepada seekor semut. Semoga cerita ini bisa menjadikan kita inspirasi buat semua, bahwa disamping rejeki yang kita peroleh, ada suatu kewajiban untuk kita terhadap rejeki tersebut, yaitu bersedekah. Sekecil apapun sedekah kita, jika dilandasi dengan keikhlasan, Insyaallah akan membuahkan keberkahan, Aamiin.

KBC-027/Kombes Jateng

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun