Mohon tunggu...
Nur Khasanah
Nur Khasanah Mohon Tunggu... Penulis - Mencari dan Berbagi Pengetahuan Dengan Menulis

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adat Jawa, 40 Hari Kelahiran Seorang Bayi

17 Februari 2020   18:10 Diperbarui: 16 Juni 2021   10:42 14684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adat Jawa, 40 Hari Kelahiran Seorang Bayi. | Foto Oleh Nurkhasanah

Tak terasa, umurku sudah kepala 4, dan anak anak dari kakak-kakakku sudah terlahir. Otomatis, aku ini sudah di panggil nenek atau mbah oleh mereka. 

Senang rasanya, walaupun mereka bukan cucu dari anak kandungku, tapi mereka seperti cucu cucu dari anak kandungku sendiri. Tanggal 7 januari 2020 yang lalu, anak dari keponakanku lahir kembali, laki-laki. Ia di beri nama mas Gibran. 

Tepat hari Minggu kemarin usia Gibran genap 40 hari. Adat kami di Jawa, apabila kelahiran seorang anak sudah 40 hari, maka dilaksanakan acara yang di kenal dengan nama wisuh (= Disucikan dari segala kotoran).

Alur dari acara wisuh tersebut, sang dukun bayi menyiapkan air dari cucian beras, kemudian kembang 7 rupa, ada mawar, melati, kenanga, dan kembang yang lain. Selain itu ada telur ayam kampung, sisir, sehelai sabut kelapa atau tepes, dan sebilah bambu kering yang sudah halus. Bahan tersebut semuanya di tempatkan di bak bayi. 

Baca juga: Tradisi Misuan Tanda Bayi Umur 40 Hari

Yang kemudian digunakan untuk memandikan bayi tersebut, dengan menyapukan semua bahan-bahan yang ada di dalam air cucian beras yang berwarna putih tersebut, dengan dibacakannya doa-do'a oleh sang dukun bayi. 

Hal tersebut dimaksudkan agar semua kotoran-kotoran bayi sejak lahir bisa lebur dan hingga dewasa nanti diharapkan bayi tersebut menjadi anak yang bersih, orang melihatnya akan gemas dan senang, serta membawa nama yang harum untuk keluarga.

Mandi dengan air bunga 7 rupa-Foto oleh Nur Khasanah
Mandi dengan air bunga 7 rupa-Foto oleh Nur Khasanah
Setelah dimandikan dengan air kembang 7 rupa, kemudian bayi tersebut di pakaikan gelang dan diatas pinggulnya di kasih tali yang keduanya dari benang kasur berwarna putih, yang dikenal dengan nama kendit. 

Benang tersebut dibiarkan menempel di tangan bayi dan dipinggul, sampai terlepas sendiri atau dilepas orangtuanya bila badan bayi sudah berkembang lebih besar. Bagi saya orang awam yang hidup di jaman sekarang berasumsi,  mungkin tali tersebut bisa juga digunakan untuk mengukur pertumbuhan bayi.

Baca juga: Matang Puluh Dina, Adat Peringatan 40 Hari Meninggalnya Orang Jawa

Setelah bayi dipakaikan gelang atau kendit, bayi tersebut dibuatnya menangis. Lho kenapa? Ya bayi tersebut menangis karena kaget. Dukun bayi tanpa basa basi langsung mengayunkan batu halus sebesar genggaman tangan ke arah samping kanan kiri bayi, yang ditelentangkan di atas dipan, dan itu dilakukan beberapa kali membuat tangis bayi semakin kencang. Hal itu dilakukan  dengan tujuan untuk menguatkan jantung bayi kuat, jadi tidak kagetan bila dewasa nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun