Mohon tunggu...
nur jannah
nur jannah Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Mahasiswa yang suka nulis segala hal

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Dari Miliarder Mendadak Menjadi Kemiskinan : Dampak Penggusuran Kilang Minyak di Kecamatan Jenu

6 Maret 2025   01:19 Diperbarui: 6 Maret 2025   01:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung miliarder (https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2021/02/hipwee-202102172306-main.cropped_1613578015.jpg)

Di tahun 2021, masyarakat Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, mendadak viral setelah menerima ganti rugi miliaran rupiah dari PT Pertamina akibat pembebasan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak. Desa ini hingga mendapat julukan "kampung miliarder" dimana warga desa yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai petani mendadak menjadi kaya raya. Namun sayangnya hal itu terjadi hanya dalam hitungan tahun saja, banyak dari mereka yang mengalami kesulitan ekonomi hingga kembali jatuh dalam kemiskinan.

Pembangunan kilang minyak di Kecamatan Jenu merupakan bagian dari proyek strategis nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi energi di Indonesia. Untuk merealisasikan proyek ini, pemerintah dan PT Pertamina melakukan pembebasan lahan di beberapa desa, termasuk Sumurgeneng, Wadung, dan Kaliuntu. Sebagai kompensasi, warga pemilik lahan diberikan ganti rugi yang sangat besar, dengan rata-rata menerima antara Rp 1 hingga Rp 8 miliar per orang, tergantung luas tanah yang dimiliki.

Hal ini menyebabkan warga kehilangan sumber penghasilan utama dimana mayoritas warga Kecamatan Jenu bekerja sebagai petani. Dan tidak semua warga berinisiatif untuk mencari pekerjaan baru atau beralih ke sektor usaha yang lebih stabil, sehingga mereka kesulitan mempertahankan gaya hidup mereka setelah uang ganti rugi habis.

Namun sayangnya tiga tahun setelah menjadi miliarder dadakan, kondisi ekonomi warga Sumurgeneng kini berubah drastis. Banyak warga yang harus menjual ternak untuk bertahan hidup karena uang ganti rugi telah habis. Faktor utama yang menyebabkan banyak warga kembali mengalami kesulitan ekonomi setelah mendapatkan kompensasi miliaran rupiah yakni, gaya hidup konsumtif, setelah menerima ganti rugi dalam jumlah besar, banyak warga yang tergoda untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil, perhiasan, dan barang elektronik mahal. Bahkan, beberapa keluarga membeli lebih dari satu mobil tanpa mempertimbangkan biaya perawatan dan pajaknya. Kebiasaan konsumtif ini menguras uang mereka dengan cepat tanpa adanya investasi yang dapat menjaga kestabilan jangka panjang. Selain itu, muncul pula tekanan sosial untuk berbagi kekayaan dengan keluarga atau lingkungan sekitar. Banyak warga yang merasa harus memenuhi permintaan bantuan dari teman dan kerabat, yang akhirnya membuat uang mereka terkuras lebih cepat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun