Mohon tunggu...
Nur Hidayati
Nur Hidayati Mohon Tunggu... Guru - guru

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kalau Ada Mantan Murid, Pasti Ada Mantan Guru

18 Maret 2020   16:32 Diperbarui: 10 April 2020   22:03 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baru saja saya membaca artikel berjudul Tepis Istilah "Mantan Guru" yang ditulis oleh Mbak Desintia Putri di konten ini juga. Saya jadi teringat artikel yang pernah saya tulis, tapi belum sempat saya publikasikan ke konten manapun.

Suatu ketika saya terlibat dialog melalui pesan WhatsApp dengan salah seorang teman guru yang sedang mengikuti kegiatan MGMP di salah satu SMP Negeri di kabupaten kami. Hal ini saya ketahui, karena secara kebetulan saya melihat surat tugasnya tergeletak di meja tata usaha sekolah kemarin. Rupanya, setelah kegiatan utama, ada kegiatan tambahan, yaitu mengunjungi salah satu destinasi wisata yang tak jauh dari SMP tersebut.

Sebelumnya, saya melihat dia memasang fotonya bersama seorang laki-laki muda di status Whats App-nya. Di bawahnya ada tulisan, "Di mana-mana ketemu mantan murid..." 

Lantas saya berpikir, "Mantan murid..?" Saya pun tergelitik untuk membalas status tersebut. "Bu, kalau ada mantan murid, berarti ada mantan guru, dong...?" Obrolan selanjutnya berkisar pada kegiatan teman saya dan sedikit tentang laki-laki yang katanya mantan muridnya tadi.

Saya jadi teringat akan nasihat beberapa guru saya ketika masih bersekolah di madrasah dulu. Beliau-beliau selalu berpesan, "Jangan sekali-kali mengatakan bahwa pak ini atau bu itu adalah bekas guru saya." Begitulah kalimat yang selalu saya ingat hingga saat ini. Waktu itu kata 'mantan' belum sepopuler sekarang, sehingga kata yang digunakan adalah kata 'bekas' yang menurut saya mengandung konotasi yang sangat kasar.

Bagi saya tidak ada bedanya antara kata mantan dan kata bekas, karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keduanya mengandung arti yang sama, yaitu sesuatu yang tertinggal sebagai sisa; sesuatu yang telah rusak dan tidak terpakai lagi. Apalagi kata tersebut digunakan untuk seorang guru.

Betapa tidak bermoralnya, jika kata-kata di atas tetap digunakan oleh seorang murid terhadap gurunya. Meskipun guru tersebut sudah tidak lagi mengajarnya. Padahal ilmu yang telah ditransfer, selalu dipakai, dan akan selamanya dipakai oleh murid tersebut. Betapa jasa seorang guru seolah-olah tidak ada artinya, hanya karena seorang murid telah berada di jenjang sekolah yang lebih tinggi, sehingga mengatakan guru yang mengajar di jenjang sebelumnya dianggap tidak lagi memiliki peran apa-apa, dan dianggap bekas.

Sungguh, seorang guru dengan rasa ikhlas telah mentransfer ilmunya, dengan rasa tulus telah mendidik dan mengarahkan perilaku muridnya menjadi lebih baik. Seorang guru dengan segala upaya telah mengantarkan muridnya pada prestasi tertentu, bahkan sampai menjadi 'orang'. Seorang murid dapat mencapai pangkat tertinggi di negeri ini, bahkan jauh melebihi pangkat gurunya. Apakah guru yang telah berupaya keras agar murid-muridnya menjadi orang yang berhasil dan bermanfaat di masyarakat, pantas disebut 'bekas' atau 'mantan'? Tentu saja sangat tidak pantas.

Sikap menghormati guru merupakan salah satu hal yang harus dilakukan seorang murid,  karena hal ini merupakan salah satu adab mencari ilmu. Karena keberkahan ilmu terletak dari bagaimana ilmu itu diperoleh, dan bagaimana kita memperlakukan atau bersikap/berakhlak kepada guru kita.

Seorang guru haruslah dihormati karena ilmunya. Selain itu, guru adalah orang tua kedua setelah orang tua kandung. Jika orang tua kandung mengisi tubuh seorang anak dengan makanan dan membungkusnya dengan pakaian, maka guru mengisi jiwa anak dengan ilmu dan akhlak, kemudian keduanya (orang tua dan guru) secara bersama-sama melengkapi jiwa dan raga, fisik dan psikis anak dengan doa, sehingga akan terbentuk pribadi yang betul-betul dapat dibanggakan, menjadi anak yang qurrata a'yun. 

Maka, sungguh tidak pantas dan tidak etis jika di depan nama guru, manusia yang berjasa sejajar dengan orang tua kandung kita, disandangkan kata 'bekas'.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun