Mohon tunggu...
Nur Hazimah Nasution
Nur Hazimah Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Kau dilahirkan untuk menjadi nyata, bukan menjadi sempurna ~SG"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)

2 Desember 2022   22:48 Diperbarui: 3 Desember 2022   09:26 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nur Hazimah Nasution - Edy Surya

Salah satu cara ataupun alat untuk meningkatkan taraf hidup bangsa yaitu dengan melalui pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan sekolah. Dari beberapa mata pelajaran yang dipelajari siswa, matematika adalah salah satu ilmu yang penting. Matematika merupakan dasar dari perkembangan IPTEK yang pengaruhnya sangat penting dalam kehidupan sehari-harian dan diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Oleh sebab itu, matematika menjadi mata pelajaran wajib dalam setiap jenjang pendidikan sebagai bekal atau pegangan dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu kemampuan yang selayaknya dikuasai dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemahaman konsep matematis. Pemahaman ini menuntut siswa untuk dapat memahami materi sebelumnya ataupun materi prasyarat agar bisa memahami materi yang akan dipelajari selanjutnya. Melalui pemahaman konsep matematis yang baik, siswa akan mampu menjelaskan kembali konsep yang telah dipelajari.

Kemampuan pemahaman konsep memiliki beberap indikator. Diantaranya menurut Depdiknas (Jannah, 2007), yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan non-contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil mengenai rendahkanya pemahaman konsep matematika siswa. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah dikarenakan proses pembelajaran yang diberikan oleh guru terlalu berkonsentrasi dengan latihan soal yang dimana latihan soal tersebut bersifat prosedural sehingga tidak memungkinkan untuk siswa cepat memperoleh makna dari pembelajaran tersebut. Selain itu ditemukan bahwasannya siswa cenderung menghafal konsep sehingga menyebabkan siswa lupa terhadap materi yang telah dipelajarinya.

 Siswa juga tidak terbiasa dengan soal-soal non-rutin, siswa lebih tertarik untuk menyelesaikan soal yang sama dengan yang dicontohkan saja. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan menempatkan siswa hanya sebagai penonton. Siswa yang hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal yang telah diselesaikan guru jika diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka bingung menyelesaikannya dan tidak tahu dari mana memulai bekerjanya. Selain itu, masih ada masalah lainnya seperti kurangnya alat peraga di sekolah, dan kurangnya penggunaan alat peraga yang ada (Sinurat, Edy, 2017).

Adanya permasalahan tersebut meyebabkan timbulnya rasa keinginan kuat pagi para pendidik untuk mencari solusi agar dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mencari dan menyesuaikan model pembelajaran seperti apakah yang akan berjalan secara efektif, efesien, dan dapat membuat siswa berpikir kritis, memahami materi, dan dapat terlibat aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), sehingga mengakibatkan pembelajaran matematika yang pada awalnya bersifat terpusat kepada guru berubah menjadi berpusat kepada siswa. 

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah Probelem Based Learning (PBL). 

Problem Based Learning (PBL) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ialah pembelajaran yang menjadikan masalah-masalah sebagai dasar ataupun basis bagi siswa untuk belajar. Secara umum PBL terdiri dari menyajikan situasi masalah autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri (Wahyuningsih, 2019). 

PBL dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja samaantarsiswa. Oleh karena itu, dibentuklah kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kesepakatan siswa dan guru. Adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh PBL ialah

  • pengajuan masalah dunia nyata
  • berfokus pada keterkaitan anttar disiplin
  • penyelidikan autentik
  • menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
  • kerja sama

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikatakan bahwasannya PBL akan dapat mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa tersebut diharapkan pengetahuan dan konsep matematika terbangun dengann baik dan sempurna pada diri siswa tersebut. Dengan demikian hal tersebut akan mengakibatkan proses pembelajaran yang dilakukan akan menjadi suatu proses yang lebih bermakna bagi siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun