Mohon tunggu...
Nur Habibah
Nur Habibah Mohon Tunggu... Guru - Mencoba mulai menularkan literasi dalam kegiatan sehari-hari menulis

seorang pendidik dari dua orang anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rumus MAU bersama Mr Bams

6 Agustus 2020   13:09 Diperbarui: 6 Agustus 2020   13:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana membiasakan diri untuk menulis? Setiap manusia belajar menulis dan membaca di alami sejak di bangku sekolah dasar, seiring waktu tumbuh kembang seorang anak memasuki sekolah mulai sekolah dasar, SMP, SMA bahkan keperguruan tinggi.

Semua orang bisa menulis, tetapi bagaimana seseorang bisa menuangkan tulisan dalam sebuah karya? Itu merupakan sebuah harta karun yang terpendam dalam setiap jiwa manusia. Memang secara alaminya kita semua bisa menulis. Berbagai ide-ide yang ada dalam pikiran kita, tidak tidak semua bisa menuangkannya dalam rangkaian kata-kata yang berbentuk tulisan.

Mengawali karir sebagai pendongeng dengan nama Ayah Salwi. Kebiasaan membaca merupakan salah satu pendorong untuk menulis. Sejak saat itulah Mr.Bams mulai mengumpulkan tulisan sebagai bahan untuk mendogeng.

Mr. Barms banyak berbagi pengalaman secara alami itulah pondasi dasar kita semua untuk memulai menulis. Dari pengalaman, pengalaman yang akan menjadi sebuah bahan tulisan.

Mr. Bams mulai membangun taman bacaan bersama ayah Salwa 2004, yang berprofesi seorang guru sejak tahu 2011 Mr. Bams mulai membangun taman bacaan dengan dukungan dari keluarga. Msejak mendirinya taman bacaan Mr. Baim harus menyiapkan majalah Bobo 20, bacaan anak-anak, koran dan lainnya sebagai sumber bacaan.

Di samping itu Mr. Bams harus menyiapkan tulisan karena setelah anak-anak membaca di sarankan untuk menulis. Kala itu Mr.Bams menitipkan anaknya pada orang tuanya. Dengan berbagai pengalaman pada tahun 2011 mendapat sebuah rezky akhirnya Mr. Bams membuat sebuah taman bacaan yang unggul.

Tahun 2013 merupakan tonggak Literasi sekolah yang merupakan program PGRC di Jawa Barat. Bersamaan dengan pencanangan gerakan membaca 15 menit sebelum proses pembelajaran di mulai oleh menteri Pendidikan.

Sejak saat itulah Gerakan Literasi Sekolah mulai mendobrak bagaimana membudayakan literas dan menjadi pengembangan budaya karakter bagi peserta didik di sekolah.

Waktu senggang kita harus dapat gunakan untuk menulis. Hal inilah yang harus dapat kita kembangkan yang akan menjadi budaya sehingga secara tak langsung akan menjadi sebuah kebutuhan dalam aktivitas sehari-hari.

Berbagai cara dapat kita lakukan untuk menulis baik itu hanya secarik kerta, di kriliping, di media sosial hal inilah akan timbul bagaiman kreativitas kita dalam memodifikasi sebuah tulisan.

Walau hanya dengan kalimat-kalimat bahagia, slogan-slogan yang mempunyai makna bagi para pembaca. Hal inilah yang harus kita kembangkan dalam aktivitas sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun