Bangka Belitung
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menyimpan kekayaan alam yang begitu melimpah mulai dari hasil perkebunan, perikanan, hingga tambang timah yang mendunia. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki bisa menjadi modal strategis dalam mengembangkan daerah. Selain modal sumber daya alam, sumber daya manusia yang berkualitas juga diperlukan guna mengolah, memanfaatkan, dan memberikan nilai tambah bagi kemajuan suatu daerah. Namun, realitas yang terjadi justru mengkhawatirkan masa depan Bangka Belitung. Dalam beberapa tahun terkahir Bangka Belitung bermasalah dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi yakni selalu menjadi terendah di antara provinsi lainnya di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, persentase APK Perguruan Tinggi Bangka Belitung pada tahun 2021 -- 2023 terus berada di bawah angka 20% dengan rincian tahun 2021 sebesar 15,23%, 2022 sebesar  14,85%, dan 2023 sebesar 18,19% dan 2024 sebesar 20,14%. Hal ini masih jauh di bawah persentase APK Perguruan Tinggi nasional sebesar  32%. Rendahnya angka partisipasi kasar menunjukkan sedikitnya jumlah anak muda Bangka Belitung yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Padahal tingkat dan kualitas pendidikan yang diperoleh oleh anak muda sangat penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan menjadi modal dalam menggerakkan perekonomian dan pembangunan daerah. Lantas apa yang menjadi penyebab rendahnya APK dalam waktu empat tahun berturut-turut ini? Bagaimana pula program beasiswa dan afirmasi dapat membantu dalam meningkatkan partisipasi anak muda Bangka Belitung dalam melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi?
Melansir dari serumpun.babelprov.go.id (14/2/2023) data statistik mengenai faktor penyebab rendahnya APK di Bangka Belitung didominasi oleh mencari pekerjaan sebesar 37,3%, measa pendidikan SMA/SMK sudah cukup sebesar 18%, kemudian alasan menikah sebesar 17,3%, tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan sebesar 16,5%, dan alasan lainnya sebesar 10,7%. Selain faktor-faktor tersebut, kurangnya motivasi dari lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi keputusan anak muda dalam melanjutkan pendidikan. Banyak orang tua yang masih memiliki pola pikir bahwa bekerja setelah lulus SMA lebih penting daripada melanjutkan kuliah, terutama jika pekerjaan tersebut langsung menghasilkan uang. Selain itu, kurangnya akses informasi mengenai jalur pendidikan tinggi dan prospek kerja setelah lulus kuliah juga menjadi hambatan yang signifikan bagi banyak calon mahasiswa.
Persoalan ini sebenarnya sudah mendapat sorotan dari banyak pihak baik di tingkat daerah maupun nasional. Salah satu peristiwa terbaru yang menunjukkan bahwa isu ini menjadi sorotan ditingkat nasional adalah yang terjadi di dialog antara mahasiswa dengan salah satu kandidiat calon wakil presiden dimana seorang mahasiswa menanyakan mengenai strategi pemerintah nasional dalam mengatasi permasalahan APK PT di Bangka Belitung (Metro TV : 2023). Selain itu, ditingkat daerah pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimana pada awal tahun 2023 lalu PJ Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertemu dengan para pimpinan universitas yang ada di Bangka Belitung untuk membahas persoalan rendahnya APK PT (sumber: btkip.babelprov.go.id). Para pimpinan universitas mengungkapkan statement mereka mengenai solusi dalam upaya meningkatkan APK Perguruan Tinggi di Bangka Belitung seperti mengubah mindset masyarakat agar persoalan ekonomi tidak menjadi penghambat untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tingggi dan Dinas Pendidikan memberi target kepada kepala sekolah SMA/SMK mengenai jumlah lulusan yang dapat melanjutkan pendidikan ke universitas.
Ekonomi Vs Tambang Inkonvensioal
Benarkah persoalan ekonomi menjadi faktor utama penyebab anak muda Bangka Belitung menjadi enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingggi? Mari sejenak kita refleksikan ke belakang, berapa banyak jumlah dan juga jenis beasiswa yang tersedia bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Di Bangka Belitung terdapat beragam jenis beasiswa yang bisa dimanfaatkan oleh anak muda untuk bisa mengakses pendidikan tanpa terkendala masalah biaya seperti Beasiswa Junjung Besaoh yang berikan oleh pemerintah kabupaten Bangka Selatan bagi masyarakat daerahnya yang ingin melanjutkan pendidikan di Universitas Bangka Belitung, kemudian ada beasiswa KIPK (Kartu Indonesia Pintah Kuliah), beasiswa Bank Indonesia, beasiswa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, beasiswa Vivian Gordon Bowden, Djarum Foundation, Beasiswa Bangka Belitung Tahfidz Qur'an, dan masih banyak lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ada begitu banyak kesempatan yang bisa anak muda Bangka Belitung ambil untuk dapat melanjutkan pendidikan dan juga meringankan beban biaya keluarga. Lantas mengapa APK Bangka Belitung masih rendah? Bisa jadi ada persoalan lokalitas yang menjadi penyebab utama rendahnya APK Pergruuan Tinggi di Bangka Belitung. Salah satunya menurut Herza (2023) adalah daya tarik tambang inkonvensional (TI) timah yang kemudian membuat banyak anak dan remaja enggan untuk sekolah dan kuliah. Mereka lebih memilih beraktivitas di TI ketimbang perguruan tinggi.
Permasalahan rendahnya APK Perguruan Tinggi di Bangka Belitung bukan hanya sekadar isu ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini. Program beasiswa yang sudah ada harus dioptimalkan dengan sosialisasi yang lebih luas dan sistem pendaftaran yang lebih mudah diakses. Selain itu, mengubah pola pikir masyarakat agar lebih memprioritaskan pendidikan tinggi dibandingkan bekerja di sektor informal seperti pertambangan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, diharapkan angka partisipasi perguruan tinggi di Bangka Belitung dapat meningkat, sehingga generasi muda memiliki peluang lebih besar untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dibuat oleh Nur Faizza Tunnisa, Nurmala Dewi, dan Robiahatul Adawiyah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI