Mohon tunggu...
Nur Fadhilah
Nur Fadhilah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Lombok" Bukan Cabe

6 Mei 2017   11:53 Diperbarui: 6 Mei 2017   12:12 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

''Tumben ke Lombok?''
Aku hanya senyum-senyum mendengar pertanyaan Bapak yang menjemputku di Bandara Lombok sore itu. Menyadari ketidakpahamanku, beliau mengulangi pertanyaannya, ''Baru pertama kali ke Lombok mb Nur?''

Sesuai dugaanku, makna ''tumben'' di Lombok berbeda dengan Jawa. Demikian juga dengan makna Lombok, artinya bukan cabe. Lombok adalah bahasa Sasak yang artinya lurus, jujur. Selama 4 hari di penghujung 2016 aku sudah merasakan bagaimana ketulusan dan kejujuran masyarakat Lombok.

Aku yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Lombok, diterima dengan tangan terbuka oleh salah satu keluarga di Desa Puyung, Jonggat, Lombok Tengah. Bapak dan Umi menjemputku di bandara dan mempersilakan aku tinggal di rumah beliau, padahal aku belum pernah bertemu bahkan mengenal beliau sebelumnya. Putri Bapak yang selalu mengantarku kemanapun selama aku di Lombok untuk kepentingan riset.

Kadus (kepala dusun), kyai desa, tuan guru, tokoh organisasi, dan masyarakat Lombok pada umumnya dengan sukarela memberikan informasi yang aku butuhkan. Itupun masih ditambah bonus makan siang atau makan malam.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun