Mohon tunggu...
Nurandi Andi
Nurandi Andi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Travel Writer, Creator, Fotografer dan Editor

Nurandi Andi : Rangkasbitung, Lebak - Banten

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lebak dalam Sejarah Bencana Alam

15 Januari 2020   18:05 Diperbarui: 15 Januari 2020   18:40 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awal tahun yang tidak akan pernah dilupakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Lebak, tepat pada tanggal 1 Januari 2020 terjadi bencana alam yang menerjang Kabupaten Lebak. Bencana Banjir Bandang di 6 Kecamatan di Kabupaten Lebak, beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Lebak Gedong, Cipanas, Sajira, Curugbitung, Maja dan Cimarga. Dalam beberapa tahun terakhir, inilah bencana terbesar yang menerjang Kabupaten Lebak. Setelah 1 Tahun lalu Tsunami Banten yang menerjang Kabupaten Pandeglang terjadi di akhir tahun 2018. Awal dan akhir tahun, penanda bingkai sejarah bencana dalam sejarah di Kabupaten Lebak dan Pandeglang bahkan bukan hanya untuk dua Kabupaten tetapi untuk Provinsi Banten sebagai Provinsi muda di Indonesia.


Bencana yang terjadi bukan hanya banjir Bandang melainkan bencana Longsor yang terjadi di Kecamatan Lebak Gedong, letak geografis Kecamatan Lebak Gedong yang didominasi perbukitan membuat Kecamatan ini terkena dampak paling parah bencana longsor selain Banjir Bandang. Banjir Bandang yang menimpa Kecamatan Cipanas dan Sajira semua rumah warga hanyut terbawa derasnya air yang begitu luar biasa, banjir Bandang terjadi pada Jam 07.00 WIB dan disusul kembali Jam 08.00 WIB yang merupakan Banjir Bandang terjadi, yang langsung meluluh lantahkan perkampungan di beberapa Kecamatan di Kabupaten Lebak yang berada di sekitar aliran sungai Ciberang. Jembatan yang menghubungkan beberapa Desa di 6 Kecamatan terputus dan terisolasi karena derasnya arus Banjir Bandang yang datang, Jembatan yang terputus dan hancur bukan hanya Jembatan gantung melainkan jembatan permanen yang begitu kokoh hancur diterjang derasnya Banjir Bandang. Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Sajira dan Muncang menjadi bukti derasnya Banjir Bandang.

Terkhusus Bencana Banjir Bandang yang menerjang Kabupaten Lebak begitu membuat warga semua dibuat terheran, apa yang terjadi di luar nalar anggapan warga. Karena apa yang terjadi merupakan kehendak sang maha kuasa yang sudah menghendaki adanya kejadian ini.

Tetapi secara logika dan nalar pikiran ilmiah kejadian ini menjadi Introspeksi diri, bagi kita semua masyarakat kabupaten Lebak bahkan seluruh Indonesia. Seperti pribahasa "tidak akan ada asap, kalo tidak ada api" artinya tidak ada akibat tanpa ada sebab, apa yang terjadi ini merupakan merupakan ulah manusia sendiri Banjir Bandang dan Longsor di akibatkan adanya penebangan Pohon dan adanya pertambangan, pembalakan liar dan pertambangan ilegal bisa memicu terjadinya kejadian bencana seperti ini.

Benar pesan orang Baduy "Gunung ulah dilebur, Lebak ulah dirusak" begitu pesan dan kearifan lokal Masyarakat Suku Baduy melekat pada diri Orang Suku Baduy. Kecintaanya pada alam menjauhkan pada bencana, hidup sederhana dan jauh dari hirup pikuk majunya dunia di era globalisasi. Tetapi pemikiran Masyarakat Suku Baduy jauh begitu maju tentang kecintaanya pada alam dan lingkungan bagaimana memperlakukan dan menjaganya dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun