Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fake It Till You Make It!

30 Mei 2023   15:07 Diperbarui: 30 Mei 2023   15:13 2447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernah dengar istilah tersebut?

Fake it till you make it jika diartikan ke bahasa Indonesia kurang lebihnya adalah berpura-puralah sampai kamu berhasil. Ada artikel menarik dari psychology today dari Clifford N. Lazarus Ph.D. yang menuliskan tentang  fenomena Fake It Till You Make It (FITYMI) . Dari artikel tersebut dijelaskan bahwa fenomena FITYMI dapat begitu powerful jiga konteksnya adalah treatment untuk terapi perilaku seperti mengatasi fobia ataupun trauma. Namun sayangnya, pepatah tersebut banyak disalah gunakan di industri, bisnis, bahkan politik.


Saya akan mencoba membahas fenomena FITYMI ini dari beberapa pengalaman saya. Sebetulnya FITYMI ini sebetulnya berguna lho untuk memotivasi kita. Kalau menurut artikel sebelumnya FITYMI ini berguna untuk mengatasi trauma dan fobia. 

Kaya apa sih sebetulnya? Hal yang pernah saya alami adalah ketika pengalaman pertama kali menyelam (diving). Sebetulnya saya tidak bisa berenang namun kecintaan saya dengan dunia bawah laut mendorong saya untuk berani mengambil paket diving. Sudah berkali-kali saya belajar berenang, yang saya bisa hanya gaya punggung saja. Gaya lain saya tidak bisa simpel karena ketakutan saya tidak bisa bernafas. Saat itu setelah sesi diving, kami sudah melepas baju diving, ada akamsi (warga kampung sini) yang mengajak kami para turis untuk snorkeling di taman laut. 

Saat itu teman-teman saya lalu mengikuti akamsi tersebut, dengan penuh rasa takut karena sama sekali tidak dibekali oleh vest yang biasanya digunakan untuk snorkeling, saya berpikir bahwa baju renang saya adalah baju selam dan bisa mengapung tanpa harus bisa berenang di laut. Akhirnya walaupun dengan ketakutan yang besar saya bisa menyusul teman-teman saya untuk bisa sampai taman laut.  Saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah saya berusaha membuat baju renang saya seolah-olah baju selam (fake it) yang tadi saya pakai ketika diving yang bisa membuat kita mengapung di air.


Fake It Till You Make It selain untuk behavioral terapi juga sebetulnya membawa dampak yang baik untuk hal-hal yang berbau motivasi. Pengalaman saya adalah ketika saya diet. Saya mengalami obesitas ketika saya memasuki pubertas, mulai SMA saya mencoba berbagai diet. Ketika harus mengisi identitas pribadi berupa berat badan bahkan ditanya oleh orang-orang berapa berat badan saya, saya menjawab dengan 58 kg. Padahal saat itu berat badan saya diatas 65 kg, bahkan pernah mencapai 77 kg setelah melahirkan.

Namun dengan itulah saya sebetulnya memotivasi diri saya untuk selalu menjalankan pola hidup sehat sehingga akhirnya kini saya bisa mencapai berat badan ideal saya, bahkan lebih ringan dari 58 kg. Itulah salah satu contoh FITYMI, jadi awalnya pura-pura dulu seolah olah targetnya sudah tercapai hingga akhirnya beneran tercapai.


Fake It Till You Make It sebetulnya juga bisa menurut saya untuk memotivasi seseorang. Hal ini saya rasakan ketika suami diamanahkan bertugas di tempat baru, yang membuat kami harus terpisah kota. Saat itu saya selalu memotivasi suami saya dengan berkata, " Semangat ya, ga bakal lama kok disana, nanti kamu dapat proper (semacam award) nanti bisa pindah dekat sini lagi! " entah kenapa setiap kali dia akan berangkat kesana itu yang saya bilang ke suami. Tanpa disangka akhirnya suami pun bisa mendapatkan award tersebut bahkan 2 tahun berturut-turut.


Thomas Alva Edison sebelumnya juga pernah berbohong dimana ia mengaku dapat memecahkan masalah bola lampu pijar. Sebelum akhirnya empat tahun kemudian dia bisa mengirimkan bola lampu yang berfungsi, tetapi dia memalsukannya sampai dia berhasil. 

Itulah Fake It Till You Make It. Hal ini yang menginsipirasi Elizabeth Holmes ketika menciptakan alat kesehatan revolusioner melalui perusahaan rintisannya yang bernama Theranos. Elizabeth Holmes membuat alat yang diklaim dapat melakukan serangkaian tes kesehatan hanya dengan setitik darah yang dibutuhkan, alat tersebut dapat mendeteksi mulai dari diabetes sampai dengan kanker. Hal ini membuat publik amerika percaya akan ketangguhan alat tersebut. Holmes berusaha memalsukan ini namun sayangnya dia belum berhasil mewujudkannya dia udah tertangkap karena penipuan publik. Itulah salah satu contoh FITYMI yang gagal, karena dia tidak berhasil mewujudkannya.

Kesannya sebetulnya FITYMI ini bagus yaa? Hmm tapi sayangnya sekarang ide ini sudah banyak disalahgunakan. Pernah dengar Anna Delvey? Atau Anna Sorokin? Jika anda penggemar film biasanya sudah pernah dengar melalui series nya yaitu "Inventing Anna".  Dari situ kita dapat melihat bahwa sosok Anna ini bergaya seolah-olah dia adalah orang super kaya untuk bisa bergaul dengan orang-orang super kaya untuk mendapat keuntungan. Jadi dia memalsukan dirinya seolah-olah kaya untuk jadi kaya beneran. Di Indonesia di tahun 2022 malah sudah banyak yang seperti itu atau dikenal dengan budaya flexing. Orang-orang yang berpura-pura kaya agar menjadi kaya beneran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun