Saat mendengar kata "krisis ekonomi global", pikiran kita langsung teringat pada kekacauan pasar saham, nilai tukar rupiah yang anjlok, hingga berita perusahaan-perusahaan besar yang terpaksa gulung tikar. Ingatan kita bisa melayang ke krisis moneter 1998, krisis finansial 2008, atau bahkan pandemi COVID-19 yang membuat roda bisnis tersendat.
Banyak yang beranggapan bahwa krisis global hanya bisa dihadapi dengan strategi besar-besaran di level operasional: efisiensi produksi, pemangkasan karyawan, atau mencari pasar baru. Namun, ada satu faktor yang sering luput dari perhatian: strategi akuntansi keuangan. Pertanyaannya, seberapa besar peran akuntansi dalam menyelamatkan perusahaan dari badai krisis?
Dari Laporan Laba Rugi ke Strategi Bertahan Hidup
Akuntansi sering dipersepsikan hanya sebatas laporan laba rugi atau neraca tahunan. Padahal, lebih dari itu, akuntansi adalah alat navigasi yang membantu perusahaan membaca arah angin, memprediksi badai, dan menentukan jalur penyelamatan. Dalam konteks krisis, ada tiga strategi akuntansi keuangan yang bisa menjadi kunci:
1. Sustainability Accounting
Jika dulu laporan keuangan hanya menyoroti angka-angka keuntungan, kini perusahaan dituntut mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Inilah yang disebut sustainability accounting. Contohnya, PT Garuda Indonesia mulai mengintegrasikan laporan keberlanjutan dengan laporan keuangan. Transparansi ini bukan hanya untuk citra baik, tapi juga menarik investor yang peduli pada aspek keberlanjutan.
2. Manajemen Arus Kas (Cash Flow Management)
Arus kas ibarat "oksigen" perusahaan. Di tengah krisis, perusahaan bisa saja terlihat untung di laporan laba, tapi sebenarnya kehabisan uang tunai untuk operasional. Garuda Indonesia lagi-lagi jadi contoh nyata. Saat pandemi, mereka melakukan renegosiasi kontrak, melakukan efisiensi biaya, bahkan menggunakan strategi hedging untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.
3. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan sering dianggap angka kering, padahal bisa menjadi alarm dini. Misalnya, penurunan rasio likuiditas menandakan potensi gagal bayar. PT Unilever Indonesia Tbk menunjukkan bahwa dengan manajemen rasio yang cermat, perusahaan tetap mampu menjaga profitabilitas meski tekanan ekonomi global meningkat.
Krisis Bukan Akhir, Tapi Ujian Strategi