Idul Fitri: Saat Guru Berhenti Mengajar, tapi Tak Berhenti Belajar
Menjadi seorang guru bukan hanya soal menyampaikan pelajaran di kelas, tetapi juga membimbing, memahami, dan membentuk karakter peserta didik.Â
Namun, di tengah dinamika pendidikan yang tak pernah berhenti, Idul Fitri hadir sebagai waktu untuk berhenti sejenak, memberi ruang bagi guru untuk merenungi perannya, memaafkan, dan menata ulang semangat mendidik.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barang siapa yang tidak memberi maaf, maka ia tidak akan dimaafkan." (HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi pengingat bahwa mengajar bukan hanya tentang ilmu, tetapi juga tentang hati yang lapang dan keteladanan dalam memaafkan, baik kepada murid, rekan sejawat, maupun diri sendiri.
Dari Ruang Kelas ke Ruang Maaf-Memaafkan
Selama setahun, seorang guru menghadapi berbagai tantangan: dari murid yang sulit diatur, beban administrasi yang menumpuk, hingga perbedaan pandangan dengan rekan kerja atau orang tua murid.Â
Semua itu bisa menyisakan lelah, bahkan mungkin emosi yang tak disadari.
Idul Fitri menjadi kesempatan untuk merenung, memaafkan, dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang di sekitar.
- Apakah ada murid yang belum saya pahami sepenuhnya?
- Apakah ada kolega yang perlu saya rangkul kembali?
- Sudahkah saya memberikan yang terbaik dalam mendidik?