Belakangan ini, pernikahan melalui proses taaruf sempat ramai diperbincangkan oleh sebagian masyarakat. Salah satu penyebabnya yaitu dengan munculnya thread yang viral di media sosial tentang curhatan seorang perempuan mengenai pernikahannya yang kandas dalam waktu 8 hari, diketahui bahwa mereka sebelumnya memutuskan pernikahan melalui proses taaruf. Hal tersebut akhirnya menjadi buah bibir warganet,
mempertanyakan perihal konsep taaruf yang sebenarnya. Beberapa waktu yang lalu juga sempat heboh dengan pernyataan seorang public figur yang mengatakan bahwa taaruf sama saja dengan pacaran.
Akhirnya, muncul miskonsepsi mengenai taaruf di tengah masyarakat. Apakah taaruf bukan cara yang tepat untuk menemukan pasangan hidup? Apakah mengenal lebih dalam dan membuat komitmen untuk menikah melalui pacaran bisa dikatakan sebagai proses taaruf? Â
Makna taaruf sendiri dalam bahasa Arab secara singkat adalah saling mengenal. Proses taaruf dibatasi oleh aturan pergaulan Islam: tidak ada kontak fisik secara langsung, laki-laki dan perempuan dilarang berduaan tanpa disertai orang lain. Disinilah perbedaan taaruf dengan pacaran.
Dalam taaruf diharuskan adanya pihak ketiga dan atau pihak keempat dalam proses perkenalan. Yang menjadi pihak ketiga atau keempat ini bisa orang tua, guru spiritual, sahabat terpercaya maupun mentor agama.Â
Perlu diketahui bahwa taaruf bukanlah ajang untuk mencari jodoh sehingga lebih cepat dapat, melainkan adanya taaruf untuk mengetahui atau mengenal kedua belah pihak sejujur-jujurnya tanpa manipulasi. Dari situ diharapkan dapat menjadi pijakan seseorang untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan atau tidak.Â
Bukan memaksakan diri harus berlanjut ke pernikahan, karena itu menyangkut kecocokan kedua belah pihak. Maka taaruf yang tidak berlanjut  ke pernikahan adalah hal yang sangat wajar, jadi tidak ada alasan untuk baper atau kecewa berkepanjangan.Â
Lalu apakah taaruf menjamin keberlangsungan usia pernikahan? Tidak juga, karena panjangnya usia pernikahan tergantung pada sejauh mana kedua belah pihak berkomitmen menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing yang mereka  ketahui saat proses taaruf. Minimal, taaruf dapat menjadi solusi alternatif bagi yang tidak berkenan pacaran untuk mencari pasangan hidup.Â
Taaruf lebih efektif dan efisien bagi yang memang serius dan siap membina rumah tangga, tidak sekedar coba-coba dan berlama-lama mengenali pasangan sebagaimana pacaran.Â
Yang suka main-main dalam percintaan ga diajak. Dalam taaruf, prosesnya straight to the point. Saling mengenal untuk mengetahui kecocokan visi misi pernikahan dan sepemahaman dalam tujuan pernikahan. Misalnya menyangkut pandangan terhadap pendidikan anak, boleh tidaknya perempuan bekerja, pandangan terhadap poligami, dan lain-lain.