Mohon tunggu...
Nugroho Kuncoro Yudho
Nugroho Kuncoro Yudho Mohon Tunggu... Master Trainer, Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan

Praktisi Kesehatan, Instruktur Master, Penulis, Pelatih Pembina Pramuka

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Manajemen Performa Wujud dari Kepemimpinan Transformasional

19 Juli 2025   05:25 Diperbarui: 19 Juli 2025   05:54 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manajemen performa (Sumber: Gemini/AI)

"Pemimpin besar tidak memerintah dari atas, tetapi menyalakan api semangat dari dalam."

Dalam dunia kerja yang serba cepat dan terus berubah, tantangan terbesar bukan sekadar mencapai target, melainkan membentuk manusia yang tumbuh bersama dengan visi organisasi. Di sinilah kepemimpinan transformasional menemukan panggungnya. Bukan sekadar memerintah, pemimpin transformasional menginspirasi. Bukan sekadar menilai, mereka membimbing.

Mengapa penting dalam manajemen performa?

Manajemen performa merupakan tulang punggung kesuksesan organisasi, bukan hanya sekadar proses evaluasi tahunan atau penetapan target. Lebih dari itu, ia merupakan siklus berkelanjutan yang melibatkan penetapan tujuan, pengembangan karyawan, umpan balik konstruktif, dan pengakuan. Dalam dinamika ini, peran kepemimpinan menjadi krusial, dan dari berbagai gaya kepemimpinan yang ada, kepemimpinan transformasional muncul sebagai pilar utama yang mampu mengoptimalkan performa individu dan organisasi secara keseluruhan.

Performa sejati tidak lahir dari tekanan, tapi dari makna. Tidak tumbuh karena takut dimarahi, tetapi karena merasa dipercaya dan dihargai. Kepemimpinan transformasional tidak fokus pada "apa yang telah dicapai", tetapi "siapa yang sedang berkembang."

"Angka bisa dicapai, tapi jiwa yang berdaya akan menciptakan keajaiban jangka panjang."

Dalam pendekatan ini, manajemen performa tidak hanya soal Key Performance Indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Utama (IKU) dan laporan evaluasi, melainkan proses terus-menerus dalam menumbuhkan komitmen, membentuk karakter kerja, dan memperkuat rasa kepemilikan terhadap tujuan bersama.

4 Elemen Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional dibentuk oleh empat elemen inti yaitu pengaruh ideal (idealized influence), motivasi inspirasional (inspirational motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan pertimbangan individual (individualized consideration). Keempat elemen itu dikenal juga dengan 4 I. Elemen-elemen ini secara kolektif menciptakan lingkungan di mana karyawan tidak hanya merasa termotivasi, tetapi juga diberdayakan untuk melampaui ekspektasi.

Kesatu, pengaruh ideal seorang pemimpin transformasional membangun kepercayaan dan rasa hormat. Ketika seorang pemimpin menunjukkan integritas, etika, dan dedikasi yang tinggi, karyawan cenderung mencontoh perilaku tersebut. Dalam konteks manajemen performa, ini berarti pemimpin menjadi teladan dalam komitmen terhadap tujuan, kualitas kerja, dan pengembangan diri. Karyawan akan lebih termotivasi untuk mencapai standar tinggi yang sama, karena mereka melihat pemimpin mereka sendiri mewujudkan nilai-nilai tersebut.

Kedua, motivasi inspirasional menjadi kunci untuk membangkitkan antusiasme dan komitmen terhadap visi. Pemimpin transformasional mampu mengartikulasikan visi masa depan yang menarik dan menantang, serta mengkomunikasikannya dengan cara yang membangkitkan semangat. Dalam manajemen performa, ini berarti pemimpin tidak hanya menetapkan target, tetapi juga menjelaskan mengapa target tersebut penting, bagaimana kontribusi setiap individu berpengaruh terhadap gambaran besar, dan potensi dampak positif yang akan dicapai. Motivasi intrinsik yang terbangun dari inspirasi ini jauh lebih berkelanjutan daripada motivasi yang didorong oleh insentif eksternal semata.

Ketiga, stimulasi intelektual mendorong inovasi dan pemikiran kritis. Pemimpin transformasional mendorong karyawan untuk mempertanyakan status quo, berpikir di luar kotak, dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan. Dalam konteks manajemen performa, ini berarti pemimpin tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada proses. Mereka mendorong karyawan untuk menganalisis kegagalan sebagai peluang belajar, bereksperimen dengan pendekatan baru, dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Lingkungan yang merangsang intelektual ini akan menghasilkan ide-ide segar dan peningkatan efisiensi yang berkelanjutan.

Keempat, pertimbangan individual menekankan pentingnya pengembangan pribadi setiap karyawan. Pemimpin transformasional mengakui bahwa setiap individu memiliki kebutuhan, kekuatan, dan aspirasi yang unik. Mereka menyediakan bimbingan personal, dukungan, dan peluang pengembangan yang disesuaikan. Dalam manajemen performa, ini berarti pemimpin tidak menggunakan pendekatan "satu ukuran untuk semua" dalam memberikan umpan balik atau merencanakan jalur karier. Mereka meluangkan waktu untuk memahami ambisi karyawan, mengidentifikasi area yang perlu dikembangkan, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hasilnya adalah karyawan yang merasa dihargai, didukung, dan termotivasi untuk mencapai potensi penuh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun