Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sisi Pandang yang Berbeda

13 Juli 2020   20:42 Diperbarui: 13 Juli 2020   20:33 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ini pengalaman pribadi saya. Barangkali karena iseng di tengah memberikan kuliah dan bermaksud memberikan motivasi bagi mahasiswa yang lama belum lulus juga dan sekaligus mendorong mahasiswa cepet lulus saya menceritakan pengalaman studi saya yang lama. Saya menyelesaikan studi S1 (sarjana) saya selama 6 tahun, padahal bisa diselesaikan lebih cepat karena waktu itu sistem kredit semester (SKS) baru saja diterapkan. Teman saya satu angkatan bisa lulus dalam waktu hanya 4 tahun. 

Kenapa saya lama menyelesaikan studi? Ya karena kemalasan saya. Kemudian setelah menjadi dosen, saya mengambl S2 (Magister) di jurusan perencanaan wilayah dan kota atau planologidi ITB. S2 inipun saya selesaikan dalam 5 tahun, padahal semestinya hanya 2 tahun. 

Kemudian saya melanjutkan lagi s3 atau doktor saya di UGM selama 5 tahun tidak selesai.Kemudian saya mengambil S3 di Undip dan selesai .Jadi total studi s3 saya 10tahun. Ketika saya selesai kuliah, ada mahasiswa yang mendekati saya dan mengatakan "Pak mestinya itu jangan diceritakan,kan itu aib".  Saya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Suatukali, saya menguji ujian terbuka disertasi S3. Kandidat doktor ini lama sekali masa studinya. Ia kelihatan down dan malukarenaada penguji yang menanyakan lama studinya.Lalu saya mengatakan bahwa studinya masih kalah lama dengan saya. Dan saya mengatakan bahwa mutu seseorang tidak dtentukan oleh lama studinya melainkan terganatung bagaimana dia mengembangkan ilmu setelah lulus. Eh di lain waktu, lewat temannya dia mengatakan bahwa gara-gara ucapan saya itu mentalnya jadi terangkat. Dan dia berterimakasih pada saya.

Rupa-rupanya untuk setiap peristiwa memang orang bisa punya sisi pandang yang berbeda. Sering diceritakan, kisah dimana ada gelas yang berisi air setengahnya. Orang yang optimis akan mengatakan bahwa gelas itu terisi setengah. Sementara yang pesimis mengatakan bahwa gelas itukosong setengah.

Jadi hendaknya kita semua memandang setiap peristiwa dalam hidup ini dengan optimis dan sisi baiknya, termasuk memandang pandemi Covid19 sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun