Mohon tunggu...
E. Nugroho
E. Nugroho Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, ilmuwan, seniman, pengamat bahasa

Dokter, pengamat bahasa, pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kritik untuk Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (Bagian 1)

26 Juni 2014   07:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:51 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

* Ditulis sekitar 20 tahun lalu. Semoga masih relevan.

Empat tahun yll. dengan gembira para pengamat bahasa Indonesia menyambut "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Ada sedikit gerutu di sana sini. Tetapi semua kemudian senyap. Sedikit sekali suara yang mempersoalkan kaidah bahasa kita ini. Apakah pedoman yang disusun oleh ahli-ahli bahasa kita ini telah sempurna? Ataukah semua orang kini tidak peduli lagi akan masalah bahasa kita? Sebenarnya banyak hal yang masih perlu kita renungkan tentang bahasa ini. Ini beberapa di antaranya:

Penulisan Rupiah. Dahulu, untuk pendeknya, orang biasa menulis angka 250 rupiah sebagai berikut: Rp 250,- Ini tidak sesuai dengan kaidah bahasa, katanya. Maka dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia dituliskan bahwa ejaan yang benar adalah Rp 250,00. Apakah ini salah? Tentu tidak. Yang perlu direnungkan ialah: apakah dua angka nol di belakang koma itu perlu ditulis terus menerus? Dari berbagai contoh dalam Pedoman Ejaan itu, didapatkan kesan bahwa kedua nol (yang menunjukkan jumlah sen) itu memang perlu selalu ditulis. Akibatnya, saya perhatikan bahwa semua buku pelajaran di SD ataupun SMA, juga angka resmi di berbagai laporanbank, menuliskan angka rupiah dengan cara ini.

Ini tidak benar ! Seharusnya ditekankan bahwa angka nol yang menunjukkan sen itu hanya ditulis bila kita hendak berhitung (presisi) sampai ke angka sen. Bila tidak, kedua angka nol di belakang koma itu boleh, dan harus, dihilangkan. Pada dasarnya bahasa menunjukkan logika. Dan logika menghendaki bahwa lambang-­lambang harus sesingkat mungkin agar mudah diterima oleh otak kita. Perhatikan saja dua bilangan ini: Rp 10.000.000,00 dan Rp 10.000.000. Mana yang lebih mudah ditangkap oleh mata dan otak kita? Jelas, cara penulisan yang kedua. Ini tak memerlukan diskusi yang rumit-rumit oleh profesor-profesor. Pakai cara berpikir yang wajar, akal sehat (common sense) saja. Hal seperti ini sesungguhnya telah diajarkan oleh guru aljabar, guru fisika, guru kimia dll. selama saya duduk di bangku SMP dan SMA di tahun 1960-an: "Jumlah angka di belakang koma yang perlu ditulis tergantung pada presisi yang kita kehendaki." Sungguh.menyedihkan bahwa hal amat penting seperti ini kini tak diajarkan dan tidak dimengerti oleh banyak orang. Pakar pendidikan kita, alm. Prof. Slamet Iman Santosa, pernah berkata: "Orang pintar berusaha membuat persoalan yang rumit menjadi sederhana, orang bodoh membuat rumit persoalan yang sederhana." Bukankah penulisan Rp 250 lebih sederhana daripada Rp 250,00?



* Penulis adalah mantan pemimpin redaksi Ensiklopedi Nasional Indonesia.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun