Mohon tunggu...
E. Nugroho
E. Nugroho Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, ilmuwan, seniman, pengamat bahasa

Dokter, pengamat bahasa, pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy

BPJS, Pengawasan Dokter Diserahkan pada Pegawai Apotek

19 Oktober 2017   21:33 Diperbarui: 19 Oktober 2017   21:48 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini aneh bin ajaib. Tadi seorang pasien bercerita, dia oleh dokter jantung divonis menderita penyumbatan pembuluh darah koroner jantung. Dia diberi macam2 obat, termasuk obat yg disebut simvastatin. 

Pengobatannya hrs jangka panjang; dapat dikata seumur hidup, karena penyumbatan biasanya juga terjadi pelan2 puluhan tahun. Maka oleh dokter dia diberi simvastatin tadi utk 1 bulan. Obat hrs diambil apotek di luar RS; apotek yg ditunjuk oleh BPJS (gratis).

Keajaiban terjadi waktu dia akan ambil obat di apotek itu. Dia diberitahu, utk simvastatin, ibu hrs bawa hasil pemeriksaan lab yg menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL dlm darah lebih dr angka sekian. 

Hah... Jadi, asisten apoteker apotek, atau karyawan apapun itu,  oleh BPJS ditugaskan mengawasi cara peresepan dokter? Inilah keajaiban luar biasa yg pernah saya temukan ! Entah otak yg membuat peraturan itu berada di mana. Kenapa tidak sekalian tugaskan pegawai apotek mengawasi apakah dokter jantung tadi telah benar waktu memberi resep isosorbide dinitrate. Minta pegawai apotek lihat hasil rekaman EKG pasien ! 

Lalu, kalau nanti pd pemeriksaan berikutnya kolesterol LDL telah turun di bawah normal, simvastatin hrs disetop? Ini agak bodoh, sepertinya. Kadar kolesterol itu menjadi normal karena orang minum simvastatin terus menerus. Kalau disetop, kadar akan meningkat lagi... Seperti juga kalau orang diabetes dihentikan obatnya, kadar gulanya akan naik lagi tidak terkendali... 

Mungkin BPJS perlu memikir strategi lain utk mengurangi pengeluaran. Misalnya, perokok tidak ditanggung kalau terkena penyakit yg terbukti disebabkan rokok. Misalnya, bronkitis kronis atau kanker paru. Atau, utk kasus simvastatin tadi, sekalian saja disebut, utk orang yg kegemukan, pengurangan kadar kolesterol hrs dimulai dr pengurangan berat badan dan diet. Obat penurun kolesterol tidak dapat diresepkan lewat BPJS. Tentu ada orang yg kolesterolnya tinggi, tapi tidak kegemukan. Anggap saja mereka hrs berkorban bagi pasien2 hiperkolesterol yg mayoritas kegemukan (sering hanya gemuk di perut).

Di tengah kebingungan BPJS yg terus defisit ini, ada baiknya dipikirkan semua strategi utk mengurangi biaya. Tapi pilih yg rasional. Jangan seadanya seperti kasus di atas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun