Mohon tunggu...
Nur Rohmatus
Nur Rohmatus Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi Universitas di Malang Pendidikan Islam Anak Usia Dini '17

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hanyalah Butiran Air Hujan, Bukan Butiran Kenangan

19 November 2017   12:14 Diperbarui: 19 November 2017   12:32 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hipwee-pexels-photo-15-750x422

 

Apa sebenarnya hubungan antara hujan dan sebuah kenangan ?

Sudah banyak sekali video, gambar, puisi, novel dan bahkan film yang menggambarkan tentang hujan dan kenangan. Kebanyakan orang menjadi lebih mendramatisir saat kondisi langit mulai mendung dan langit mulai menjatuhkan butiran airnya secara perlahan. Ya, itulah yang disebut Hujan.

Lalu mengapa kebanyakan orang menjadi lebih mendramatisir ketika turun hujan ?

Bahkan aku juga sering mengalami perasaan itu.

Saat itu langit mulai menghitam dan angin terasa semakin dingin, entah kenapa perasaan ini menjadi tenang dan nyaman. Aku menatap dari balik jendela kelas butiran butiran hujan yang turun. Secara tiba tiba ada sesuatu yang menyerbu masuk. Rindu, begitulah namanya. Ada begitu banyak rindu. Tapi untuk saat ini aku sangat merindukan keluarga dan juga kampung halaman, yang memang letaknya berpuluh kilometer dari tempatku sekarang. 

Saat hujan turun disana, aku melihat pohon pohon menjadi basah, air mulai menggenangi tanah, anak kecil yang berlarian untuk menikmati dinginnya air hujan, ada pula ibu ibu yang sibuk untuk mengambil jemurannya, dan yang paling lucu adalah aku melihat seorang anak kecil yang terburu buru pulang kerumah dengan membawa tas besar dipunggungnya. Ah, terlalu indah untuk di ingat. Tak lama kemudian seorang ratu yang sangat cantik jelita dengan wajah teduhnya berkata " Kemarilah, mari minum segelas teh hangat bersama ibu. "

Hujan, Teh, dan Ibu.

Perpaduan sempurna yang tak akan bisa kudapatkan penggantinya diseluruh dunia.

Bukankah kata " pulang " menjadi lebih dibutuhkan saat situasi seperti ini ?

Hujan masih saja berjatuhan. Aku terus memperhatikan air yang turun dengan derasnya sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun