Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Stasiun Radio Tertua di Malabar

6 Mei 2023   08:00 Diperbarui: 6 Mei 2023   08:00 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Radio Malabar di Jawa Barat (sumber: wikipedia/Tropenmuseum)

Saat ini, Stasiun Radio Malabar hanya meninggalkan puing-puing bekas sisa bangunan yang hancur. Stasiun Radio Malabar, yang pernah eksis sejak masa Belanda ini memang didirikan untuk memberi akses komunikasi dengan Negeri Belanda. Peresmiannya tepat pada tanggal 5 Mei 1923 silam, namun seiring kisah sejarahnya, Stasiun Radio ini dihancurkan oleh para pejuang.

Penghancurannya diketahui pada Peristiwa Bandung Lautan Api, pada bulan Maret 1946. Lantaran para pejuang Republik, tidak mau Stasiun Radio ini dipergunakan oleh Belanda untuk mengakses komunikasi kala hendak menguasai Bandung. Memang pada masa itu, pasukan Sekutu mulai menganeksasi Jawa Barat dengan aksi militernya.

Hal inilah yang menjadi alasan pejuang, karena tidak akan mampu mempertahankan Stasiun Radio ini dari serangan Sekutu. Faktor persenjataan dan dianggap menjadi lokasi strategis jika sampai jatuh ke tangan Sekutu, khususnya Belanda. Selain lokasinya yang memang berada di pegunungan Putang, kecamatan Cimaung, yang cocok untuk skema bertahan pasukan musuh.

Konon Stasiun Radio Malabar adalah stasiun tercangih pada masanya. Dirancang langsung oleh insinyur kenamaan, Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot, dengan sistem nirkabel, yang jadi satu-satunya di dunia ketika itu. Dengan memakai sistem peluncur listrik dan gelombang elektro yang dibentangkan dari kedua sisi gunung sebagai antena, maka terwujudlah transmisi radio terkuat di dunia.

Peresmiannya langsung dibawah komando Gubenrnur Jenderal Dirk Fock. Dengan mengirim sinyal kepada Stasiun Radio Aneta di Belanda, yang berhasil dengan baik. Maka sejak itulah, pemancar radio Malabar ini difungsikan untuk berkomunikasi dengan Negeri Belanda. Khususnya dalam urusan kebijakan politik ataupun militer.

Maka tidak heran, jika pada masa pendudukan Jepang, Stasiun Radio Malabar langsung dipergunakan sebagai media propaganda Jepang. Karena dapat menjangkau semua wilayah di kawasan Asia Tenggara. Apalagi ketika mengabarkan berita tentang pertempuran di Front Pasifik. Tampaknya Jepang memahami betul kegunaan media propaganda Malabar ini.

Namun, diakhir masa pendudukan Jepang, Stasiun Radio ini justru dijaga sekedarnya oleh pasukan Jepang. Tanpa ada status penyerahan terhadap pihak Indonesia. Tidak heran, jika kala itu para pejuang kerap mencoba menghancurkan segala fasilitas yang berkaitan dengan Stasiun radio ini.

Pasca peralihan usai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga Stasiun radio ini sempat menjadi lokasi penyiaran gerakan revolusi, namun tak bertahan lama. Di satu pihak kala itu para pejuang belum dapat menjalankan secara penuh Stasiun Radio ini. Lantaran Sekutu dengan cepat mentargetkan Jawa Barat sebagai lokasi atau wilayah penguasannya.

Inilah yang menjadi alasan utama, mengapa kemudian Stasiun Radio ini dihancurkan oleh pasukan pejuang. Maka, kini hanyalah puing-puing bangunannya saja yang akan kita dapati di Malabar. Sebuah Stasiun Radio terbesar dan modern pertama di dunia pun hancur ketika perang mempertahankan kemerdekaan melanda.

Kita tidak dapat berandai-andai, jika kala itu pejuang memilih mempertahankan radio ini, sebagai pusat informasi kemerdekaan Indonesia untuk dunia. Berbeda dengan landasan-landasan udara peninggalan Belanda atau Jepang, yang dijaga dengan baik oleh para pejuang, lantaran dianggap menguntungkan. Walau belum ada pesawat udara yang dapat dipakai untuk melawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun