Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Supriyadi dan Valentine Berdarah

4 Februari 2023   06:00 Diperbarui: 4 Februari 2023   06:04 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supriyadi (sumber:visitblitar.com)

Diantara para pejuang muda yang gugur semasa perjuangan meraih kemerdekaan di usia belia adalah Supriyadi. Seorang pahlawan PETA yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur. Tepat 21 tahun, kala itu Supriyadi angkat senjata menentang Jepang di Blitar. Namanya seketika tenar, lantaran dianggap sebagai pemberontak oleh Jepang dari kesatuan PETA.

PETA atau dikenal dengan Pembela Tanah Air, adalah sebuah kesatuan yang dibentuk Jepang pada 3 Oktober 1943. Tujuannya tentu saja membela tanah air, bila sewaktu-waktu Sekutu melancarkan serangannya ke wilayah Indonesia. Kesetiaan seorang prajurit PETA tentu menjadi simbol kemiliteran dalam memperjuangkan bangsanya.

Hal inilah yang kelak menjadi cikal bakal terbentuknya TNI (Tentara Nasional Indonesia). Dimana rata-rata para pejuang Republik adalah mereka yang pernah terlibat dalam kesatuan PETA. Seperti yang dikutip dalam buku "PETA Tentara Sukarela Pembela Tanah Air" karya Purbo S. Suwondo, dikisahkan bahwa apa yang terjadi di Blitar pun menjalar ke berbagai daerah lain, seperti di Jawa Barat.

Percikan perlawanan itu dimulai dari Blitar, yang berlatar sikap sewenang-wenang serdadu Jepang terhadap rakyat yang sudah semakin tidak dapat dicegah. Khususnya terhadap para Romusha (pekerja paksa), yang semakin parah keadaannya. Berlatar dari keluarganya, Supriyadi berang, tatkala melihat ayahnya sendiri menjadi korban kekejaman Jepang terhadap para Romusha.

Kondisi ekonomi rakyat yang sengsara, ditambah beratnya beban kerja paksa hingga kemelaratan terjadi dimana-mana, membuat dirinya konsisten menyusun siasat perlawanan. Sejak bulan September 1944, para pasukan PETA yang sependapat dengan rencana Supriyadi pun turut mengatur siasat.

Tepatnya pada hari valentine, tanggal 14 Februari 1945, salvo tembakan meletus diantara keremangan malam. Menyasar pada serdadu Jepang yang tengah berjaga di sekitar barak dan pos-pos penjagaan lainnya. Mulanya adalah Hotel Sakura yang menjadi target utama serangan, telah dihujani oleh mortir oleh para pejuang.

Berikutnya adalah markas Kempeitai (polisi rahasia Jepang) yang ditembaki secara beringasan dengan senapan mesin. Walau secara persenjataan, pasukan Supriyadi berhasil menguasai bersama logistik untuk rencana gerilya. Tetapi harapan mendapatkan dukungan dari para petinggi PETA ternyata hanya bertepuk sebelah tangan.

Bersama rekan seperjuangannya Muradi yang sama-sama menjabat sebagai Shudancho di Blitar mereka melancarkan serangan frontal terhadap serdadu Jepang yang diketemuinya. Beberapa korban dari pihak Jepang pun berjatuhan. Tetapi belum sempat pasukan PETA mengkonsolidasikan perlawanannya dengan pejuang lainnya, pasukan Jepang dengan segera melakukan balasan.

Pasukan PETA yang dikomandoi Supriyadi pun dapat didesak mundur oleh serdadu Jepang. Dengan kondisi baku tembak yang mulai tidak seimbang. Ternyata, faktor komunikasi yang tidak sampai dengan baik, menjadi alasan utama terdesaknya pasukan Supriyadi. Pasukan PETA yang ada di sekitar kota Blitar pun tidak bisa memberi dukungan secara langsung, karena sudah dilucuti oleh Jepang.

Diantara pejuang PETA ternyata telah banyak pula yang menyerah karena telah merasa kalah jumlah. Mereka yang pada akhirnya ditangkap ada 78 pejuang PETA. Enam pejuang kemudian langsung dijatuhi hukuman mati, dan enam lainnya dihukum seumur hidup. Sedangkan sisanya dijatuhi hukuman ringan sebagai bentuk konsekuensi dari perlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun