Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Monumen Pers, Lokasi Ngabuburit Favorit

24 Mei 2018   20:35 Diperbarui: 24 Mei 2018   21:16 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Pena di Depan Monumen Pers, Solo

Ngabuburit adalah menunggu waktu berbuka puasa. Puasa dilakukan dengan tidak makan dan minum mulai subuh hingga terbenamnya matahari. Bila tidak ada kegiatan yang berarti akan terasa sangat lama sekali. Maka dalam mengisi waktu itu, menjelang waktu berbuka puasa itulah yang dinamakan ngabuburit.

Seperti halnya taman bunga yang bermacam-macam warnanya, tempat ngabuburit masing-masing pribadi berbeda-beda dalam menentukan dimana tempat yang cocok dengan pribadinya. Ada yang senang ke mall, pasar, perpustakaan, dan lain-lain. Ngabuburit terkenal di Jawa Barat, disana ketika sore hari anak-anak pergi ke alun-alun.

Di sana, mereka menemui banyak teman-temannya dan masyarakat. Banyak dijual makanan-makanan memikat hati. Selain itu, ibu-ibu juga banyak yang sore hari keluar menunggu saat buka puasa.

Selanjutnya, semua kota-kota di Indonesia sekarang banyak mempopulerkan istilah ngabuburit ini. Setiap kota mempunyai tempat ngabuburit yang banyak dikenal masyarakat dan selalu ramai dikunjungi.

"Dull" Di Masjid Besar Solo

Dulu ketika kecil, saya sering diajak bapak pergi ke alun-alun untuk melihat 'dull'  di masjid besar di kota Solo. 'Dull' adalah suatu bunyi yang berasal dari seperti bumbum yang disulut dengan api kemudian berbunyi 'duuul ' sebagai tanda bahwa sudah waktunya buka puasa. Kadang saya bersama bapak. Namun karena bapak juga aktivis di kantor Pemda di Kesra bagian haji, ia sering mendapat undangan buka puasa dimana-mana.

Bila bapak tidak bisa, aku bersama kakak nonton 'dull' ke masjid besar. Dan jika sudah berbunyi "Duuul", maka kakakku cepat-cepat mengayuh sepedanya untuk pulang ke rumah. Aku senang karena cepat-cepatnya kakakku mengayuh sepedanya sangat asyik, bisa mendapat angin yang sumribit, enak sekali.

Rumah saya tidak jauh dari masjid Besar. Tinggal melewati alun-alun, bunderan Gladak, Kantor Pos Solo, lurus belok kiri sudah sampai rumah saya di Keprabon yang juga ramai dengan kegiatan agama saat puasa. Apapun tidak mempengaruhi aku dan kakakku untuk berbuka di rumah. Biasanya, kakakku langsung grubuk-grubuk menaruh sepeda dan berlari mendapatkan kolak santan gula jawa buatan ibu yang sedap dan manis.

Kini masjid agung dan alun-alun masih berlangsung ramai bila sore hari, apalagi saat puasa. Tapi, sudah tidak ada 'dull' lagi, entah kenapa. Kabarnya hal itu juga makan biaya banyak, ada yang bilang keraton Kasunanan tidak membunyikan lagi, entah apalagi sebabnya. Yang jelas, 'dull' masa kecilku sudah tidak ada lagi.

Selanjutnya, kini memang lebih subur Taman Baca Alquran di masjid sehingga anak-anak bisa ke masjid menoreh kenangannya untuk nanti ketika mereka besar di taman baca Alquran. Hal ini pun menggembirakan. Beruntung saya mengalami kenangan nonton 'dull' dengan suasana yang indah.

Kini seiring dengan perkembangan masyarakat menunggu berbuka puasa dari pagi hingga sore hari dapat diisi dengan hal-hal yang di konsepkan sendiri--sendiri menurut target yang ditetapkannya di bulan puasa karena yang disasar adalah karunia Allah yang sangat besar di bulan Ramadhan yang sangat dasyat. Saya inginnya mendapat seluruh pahala yang ada di bulan Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun