Situasi pandemi di Indonesia sampai saat ini masih belum berakhir dan masih banyak kasus penambahan orang-orang yang terpapar virus Covid-19. Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 mencapai 3.372.374 orang yang terkonfirmasi Covid-19, dan yang terkonfirmasi sembuh mencapai 2.730.720 orang, serta terkonfirmasi meninggal mencapai 92.311 orang dikutip https://covid19.go.id. Hal ini mengakibatkan pembelajaran daring masih terus berlangsung untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Banyak yang ditimbulkan dengan metode pembelajaran ini seperti stress. Hal ini dapat dibuktikan pada penelitian Maulana dan Iswari (2020), menunjukkan hasil bahwa 3% siswa mengalami stress yang sangat parah, 13% dalam kategori parah, 8% dalam kategori sedang, 24% termasuk ke dalam kategori ringan dan 52% normal.Â
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Maulana (2021) yang menunjukkan bahwa pembelajaran daring yang dilakukan berpengaruh terhadap kondisi psikologis mahasiswa. Stress merupakan salah satu bentuk yang ditimbulkan dari emosi negative.
Fenomena inilah yang melatarbelakangi mahasiswa KKN Universitas Diponegoro (UNDIP), yang bertempat di Dusun Sasap, Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri untuk melaksanakan program yaitu Membentuk Emosi Positif Dengan Membuat Prakarya.Â
Pelaksanaan KKN ini sendiri berlangsung mulai tanggal 30 Juni - 12 Agustus 2021. Pelaksanakaan program ini di Rumah Belajar dimana bertempat pada Rumah Pak Yarto selaku RW 06.
Pelaksanaan program ini menyasar kepada anak-anak tingkat SD di Dusun Sasap, Desa Gedong. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat menumbuhkan emosi positif dengan melakukan hal yang membuat mereka merasa senang, dimana anak-anak juga dapat belajar bagaimana cara mereka mengolah barang bekas menjadi barang yang lebih berguna, belajar untuk sabar dan fokus.
Diawal pelaksanaan program mahasiswa KKN UNDIP memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang apa itu emosi, apa saja macam-macam emosi serta apa saja bentuk emosi tersebut, dan di selingi dengan game yang agar anak-anak lebih bersemangat.
Setelah itu membentuk menjadi 5 kelompok kecil agar lebih gampang dalam memonitoring anak-anak. Setiap kelompok mempunyai kambing (kakak pembimbing) sendiri-sendiri, masing-masing kelompok diberi cat kayu, kuas, botol bekas, cup, koran dan tiner, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak berebut saat sesi pengecatan.