Saya pernah jatuh cinta gara-gara baca tulisan dia. Bukan puisi tentang hujan atau kisah cinta yang dramatis, tapi cuma karena baca tulisan tentang laptop. Bayangkan, orang lain baca ulasan spesifikasi, saya malah merasa lagi baca ulasan jodoh masa depan.
Dari cara dia menulis tentang processor dan RAM, saya langsung mikir, "Wah, ini nih calon bapak anak-anakku kelak. Pasti kalau rumah tangga kami lemot, tinggal dia restart perasaanku."
Tanpa diduga, semesta benar-benar mempertemukan kami dalam sebuah event. Saya nyapa dia duluan, tapi karena gugup, saya jadi salah ucap. Maksudnya mau bilang "Halo", tapi yang saya sebut malah "Helm". Duh, pertemuan pertama saja sudah kayak kena tilang.
Ternyata, dia itu pendiam banget. Kalau ada lomba diam, pasti dia menang tanpa latihan. Tapi justru itu yang bikin saya makin suka. Ditambah lagi, dia jago main gitar dan ahli komputer.
Kombinasi langka ya.. bisa nyetem senar sekaligus nyetem printer yang nyangkut. Sementara saya? Lihat kabel USB saja rasanya kayak lagi main ular tangga. Bingung mana ujung, mana ekor, dan di mana tangganya.
Setelah pertemuan pertama, saya mulai modus. Chat duluan, sok-sokan akrab. Dengan pedenya saya bilang, "Gitar kamu Yamaha ya?" Dia kaget dong, "Kok kamu tau?" Padahal saya asal nebak, buat saya semua gitar itu kelihatannya sama, kayak semua colokan listrik.
Dalam hati saya ketawa.. "Wah, tebakanku yang ngawur saja lebih cepat dapat respon daripada perasaanku."
Saya masih chat dia, walau harus mikir keras tiap kali mau chat. Karena bingung, mau bahas apa lagi biar dia senang. Chat panjang dari saya, selalu dibalas sependek nafas ikan cupang. Saya tanya tiga baris, dia jawab "Iya". Saya bahas topik seru, dia cuma balas "Oh".
Rasanya kayak lagi wawancara batu bata, saya ngomong sendiri, jawab sendiri, tepuk tangan sendiri. Dan semua itu sudah lebih dari cukup untuk jadi sinyal, kalau dia ngga mau ngebales perasaan saya.
Padahal, saya sudah ngebayangin skenario hidup yang lengkap sama dia. Nikah sama dia, punya anak yang otomatis jago main gitar, tinggal di rumah mungil yang hangat, dan tiap hari saya bisa nyanyi sambil diiringi petikan gitarnya. Indah banget kan, kalau dibayangin.