Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah salah satu spesies endemic Indonesia yang sedang terancam serius tidak hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga nilai sosial dan historis yang tinggi. Alih-alih dilindungi, mereka justru terusir dari habitatnya dan menjadi korban konflik manusia-satwa yang menghadapi risiko kepunahan akibat aktivitas manusia. Dengan mengangkat subtema "Voice of the Voiceless" diharapkan dapat menjadi seruan moral bagi gajah yang tidak mampu membela dirinya sendiri.
Gajah Sumatra merupakan salah satu mamlia terbesar di Asia yang kini berada di ambang kepunahan. Gajah kerap dijadikan sebagai simbol daerah dan budaya, keberadaan mereka semakin terdesak oleh konflik yang belum menemukan solusi yang adil. Di Provinsi Lampung, selain dijadikan sebagai ikon daerah, gajah juga dijadikan sebagai lambang pemerintahan hingga maskot olahraga. Namun, di sisi lain mereka justru kehilangan habitat dan kehidupan sosialnya akibat alih fungsi lahan pembangunan. Sementara gajah adalah hewan yang selalu menggunakan jalur migrasi turun-temurun, tetapi dianggap sebagai 'penyusup' ketika melewati permukiman dan lahan pertanian yang dulunya hutan sebagai tempat gajah-gajah bertahan hidup.
Gajah sumatera hidup berkelompok dan merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari dalam sehari semalam terus bergerak bisa mencapai 20 km. dapat kita bayangkan jalannya rombongan gajah mereka melakukan penjarangan tiap hari membuka ruang sinar matahari tembus ke lantai hutan sehingga proses potosintesa bisa berjalan dan seperti halnya kita bercocok tanam maka tumbuhan akan tumbuh dengan baik, belum lagi disebabkan pencernaannya yang buruk mengakibatkan gajah buang kotoran tiap 1 jam sekali sehingga hutan kita akan terpupuk  dengan jumlah pupuk yang cukup yaitu  5 % dari bobot tubuhnya  yang mencapai 3-4 ton. Dan untuk mengenal sosok menarik satwa endemic sumatera ini  kami ulas sebagai berikut.
Secara ilmiah gajah diklasifikasikan ke dalam keluarga Elephantidae. Terdapat dua genus hewan yang termasuk dalam keluarga Elephantidae yang masih hidup di muka bumi yaitu genus Elephas dan Loxodonta.1 Genus Elephas  terdiri dari satu spesies yaitu Elephas maximus atau yang kita kenal sebagai gajah asia.2 Sedangkan Loxodonta terdiri dari dua spesies yakni Loxodonta africana dan Loxodonta cyclotis keduanya digolongkan sebagai gajah afrika.
Gajah Asia atau Elephas maximus memiliki tiga sub spesies yaitu Elephas maximus indicus, Elephas maximus maximus dan Elephas maximus sumatranus. Gajah Sumatera adalah salah satu sub spesies gajah asia, nama ilmiahnya Elephas maximus sumatranus.
Pada tahun 2007 populasi gajah sumatera di alam liar diperkirakan sekitar 2400-2800 ekor. Turun separuhnya dibanding tahun 1985 sekitar 4800 ekor. Saat ini jumlahnya terus diperkirakan mengalami penyusutan. Karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun terakhir, Pulau Sumatera telah kehilangan 70% luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.
Di tahun 2012-2018 tercatat bahwa lebih dari 170 gajah mati di Sumatra akibat diracun, dipasung, terjerat, ataupun menjadi korban konflik. Solusi teknis yang dilakuka seperti pemasangan pagar listrik atau tanggul beton yang kerap menjadi senjata untuk memperparah kondisi ekologis.
Ironik Simbolik antara Ikon Budaya dan Ancaman Nyata
Gajah bukan hanya menjadi satwa bertubuh besar yang hidup di hutan, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat. Di lampung, gajah kerap diimplementasikan kedalam motif kain tipis, dipajang sebagai kebijakan pembangunan yang tidak berpihak pada kelestarian alam. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, karet, maupun permukiman yang mempersempit ruang hidup gajah. Jalur migrasi yang digunakakan selama ratusan tahun kini terputus. Akibatnya, gajah sering memasuki lahan warga dan merusak tanaman yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang menjadi sumber kehidupan para masyarakat.
Konflik Manusia-Gajah, Luka yang Tak Kunjung Membaik
Bentuk konflik yang sering muncul adalah gajah yang masuk ke lahan pertanian para masyarakat kemudian dibalas dengan cara yang ekstrim seperti diracun, dejerat, dan diburu. Salah satu kasus yang paling memilukan terjadi ketika seekor gajah yang ditemukan mati dengan belalai terpotong akibat dijerat menggunakan kawar. Kasus semacam ini bukan hanya tragedi ekologis, tetapi merupakan tragedi moral yang menunjukkan betapa banyaknya manusia yang telah kehilangan empati terhadap sesama makhluk hidup.