Mohon tunggu...
Novensius Zagoto
Novensius Zagoto Mohon Tunggu... Mahasiswa - seseorang yang sangat tertarik dengan dunia olahraga terutama sepakbola

seseorang yang suka terhadap banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan dan Kesenjangan di Afrika

18 Januari 2022   09:15 Diperbarui: 18 Januari 2022   09:23 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait perkembangan sosial, deklarasi copenhagen menjelaskan kemiskinan sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh kehilangan kebutuhan dasar manusia termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, perumahan, pendidikan dan informasi. 

Dalam kasus kemiskinan dan kesenjangan globar, PBB telah menetapkan standar garis kemiskinan yakni 1,25 dolar per hari, sementara itu jumlah penduduk dunia yang hidup pada atau di bawah garis kemiskinan mencapai 1,4 miliar. 

Angka tersebut meningkat dari 984 juta ketika garis kemiskinan yang ditetapkan PBB adalah 1 dolar per hari pada tahun 2004. Standar yang ditetapkan PBB tersebutlah yang menjadi tolak ukur tingkat kemiskinan setiap orang, jika seseorang menghasilakan kurang dari 1,25 dolar per hari, maka ia berada dalam garis kemiskinan.

Sama halnya dengan kemiskinan, kesenjangan (inequality) juga terus meningkat, jurang pemisah antara masyarakat atau negara kaya (the rich) dengan miskin (the poor) secara global semakin besar. 

Kesenjangan antara negara-negara industri maju dengan negara berkembang terutama terjadi pada negara-negara Afrika sub-Sahara. Masalah kemiskinan dan kesenjangan ini yang menjadi fokus dunia saat ini, karena masalah-masalah ini pada akhirnya juga menghasilkan masalah-masalah lain seperti kelaparan, penyebaran penyakit, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Dalam kasus kemiskinan dan kesenjangan global yang berkaitan dengan pangan dalam lingkup global yang juga masih dalam kondisi yang kurang baik, pada tahun 2009  diperkirakan lebih dari 1 milyar orang kekurangan gizi di seluruh dunia. Kenaikan harga pangan diasumsikan sebagai penyebab dari persoalana makanan dan kekurang gizi.

FAO menyatakan bahwa terdapat beberapa factor yang menjadi faktor bagi pemicu kenaikan harga meliputi faktor pasokan  yang dipengaruhi oleh penurunan produksi dan harga bahan bakar minyak, factor permintaan yang dipengaruhi oleh pola konsumsi  dan faktor-faktor lain yang mencakup kebijakan perdagangan dan pasar finansial.

Keterkaitan antara kemiskinan dan kesenjangan, keduanya merupakan fenomena yang muncul salah satunya akibat tidak meratanya pembangunan. Akibatnya, kesejahteraan juga tidak merata, perekonomian tidak berjalan baik dibeberapa daerah  karena tidak ada adanya faktor yang mendukung yaitu pembangunan. 

Sebagai contohnya, Asian Development Bank (ADB) mengunhkapkan pengentasan kemiskinan di kawasan Asia Pasifik terhalang oleh semakin melebarnya kesenjangan ekonomi masyarakat, meskipun perekonominnya menunjukkan kinerja yang baik. 

Menurut Vinod Thomas Dirjen Evaluasi Independen ADB, beragam studi mengindikasikan bahwa pola  pertumbuhan ekonomi tidak akan cukup dalam menghambat lonjakan kesenjangan yang menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Vinod Thomas melihat kesenjangan ekonomi Asia tidak hanya terbatas pada minimnya penghasilan, tetapi juga dalam ketimpangan yang besar dalam berbagai aspek lainnya, seperti pelayanan dasar kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun