Alkisah, ada seorang mahasiswa setelah lulus langsung menikah dan mengikuti suami untuk menetap di suatu desa di Jawa. Pada awalnya mahasiswa tersebut merasa pesimis ketika mulai menetap di desa.Â
Singkat cerita sang mahasiswa tersebut kemudian memulai usaha baru dengan bekal ilmu selama kuliah yaitu mencoba membuat produk aksesoris untuk muslimah.Â
Cara memasarkan produknya dilakukan dengan mengunggah lewat media sosial. Alhasil, dari unggahan di media sosial tersebut produknya semakin terkenal dan banyak yang membeli sehingga produksi aksesorisnya semakin berkembang.Â
Bisnis aksesorisnya semakin hari semakin berkembang sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di desa tersebut.Â
Dan, untuk mengoperasikan bisnisnya tersebut, sang mahasiswa tidak perlu membuka pabrik yang besar atau pun memaksa dia untuk kembali ke kota agar bisnisnya semakin besar.Â
Mahasiswa tersebut akhirnya dapat menjadi pengusaha aksesoris muslimah yang sukses dengan pasar nasional walaupun bisnisnya dijalankan dari desa.Â
Selama ini, presepsi yang ada dibenak khalayak umum adalah jika ingin sukses dalam bisnis dan karir maka harus pergi ke kota, sehingga wajar bertahun tahun angka urbanisasi di Indonesia semakin meningkat.Â
Pada masa depan, opini dan presepsi bahwa tinggal di kota adalah kunci sukses akan bergeser seiring perubahan model bisnis.
Bisnis yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut sering disebut sebagai ghost business, yaitu model bisnis yang mengandalkan kekuatan digital marketing dan crowd production.Â
Model ghost business ini proses produksi barang atau pun jasa dilakukan tanpa harus memiliki tempat produksi sendiri, karena proses produksi dapat dilakukan di rumah setiap pekerjanya.Â
Pemasaran atas barang dan jasanya pun cukup menggunakan aplikasi market place yang tersedia dan mengunggah iklan produk dan jasa di media sosial yang paling banyak diakses oleh konsumen sesuai target pasar yang diinginkan.