Mohon tunggu...
Novendaning Sabrina
Novendaning Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Lifetime Learner

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Benarkah "A Man Called Ahok" Berkaitan dengan Kontestasi Politik?

9 November 2018   12:16 Diperbarui: 9 November 2018   14:30 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : www.liputan6.com

Film dengan tajuk A Man Called Ahok resmi tayang secara serentak di Indonesia pada tanggal 8 November 2018 Kamis kemarin. Tidak sedikit rentetan opini dari berbagai kalangan yang mengkaitkan film ini dengan isu politik, bahkan kembali membawa kekuatan tokoh utama yaitu Pak Ahok terhadap kasus yang sangat kontroversial di masa lalu.

Ya memang jika berbicara tentang nama Ahok sudah pasti beliau adalah seorang birokrat yang fenomenal bahkan sebelum terkena kasus penistaan agama yang menjerat beliau hingga ke jeruji besi.

Namun dalam tulisan ini saya hanya akan membahas mengenai isi dan pesan film agar tidak terjadi salah fahaman dari berbagai pihak yang belum menyaksikan namun sudah beropini di luar jalur. Saya sendiri sebelum memutuskan untuk menonton film ini sudah menduga akan terjadi banyak propaganda yang berkaitan dengan politik maupun agama.

Seperti yang sedang ramai di twitter baru-baru ini bahwa beberapa pihak menyatakan jika penonton dibayar 50.000 agar mau menontonnya di bioskop, ada juga yang mengatakan bahwa film ini termasuk brain wash, serta masih banyak lagi.

Jika anda penasaran, anda bisa menyelami kolom search di twitter tentang serangkaian isu tersebut, namun jangan lupa untuk mencari tahu kebenaran di balik isu yang beredar.

Jadi benarkah penonton dibayar 50.000 untuk menyaksikan film ini di bioskop?

Faktanya saya sendiri kemarin malam memutuskan untuk menonton film A Man Called Ahok "tanpa dibayar" sebagaimana isu yang beredar. Saya memutuskan untuk menonton karena antusiasme naluriah yang sudah lama semenjak trailer film ini keluar.

Saya terkejut sekali karena benar-benar tinggi antusias mayarakat terlihat dari penuhnya kursi penonton di setiap jam tayang. Saya kira ini hanya terjadi di domisili saya, ternyata setelah mencoba menyelami twitter benar saja banyak yang mengatakan mereka kehabisan tiket.

Benarkah Film ini memasuki ruang politik?

Jawabannya adalah NO. Film ini murni tentang parenting, bagaimana karakter Ahok terbentuk melalui pendidikan karakter sang ayah yang menjunjung tinggi toleransi dan empati terhadap mereka yang membutuhkan (warga Belitung Timur).

Meskipun film ini terlihat seperti mengisahkan kisah Pak Ahok saya merasa bahwa film ini justru kehilangan kekuatan tokoh Ahok karena terlalu menonjolnya karakter dan peran Kim Nam (Ayah Ahok). Justru ketika tokoh Ahok mulai mencapai karir politik, alur yang disajikan begitu singkat dan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun