Mohon tunggu...
Novan Noorwicaksono Bhakti
Novan Noorwicaksono Bhakti Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Berusaha menebarkan kebaikan dalam media dan kondisi apapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia

23 Mei 2020   19:04 Diperbarui: 23 Mei 2020   19:07 16145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 

DAN PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA

A.   Peristiwa Rengasdegklok dan Proklamasi Kemerdekaan

Pada 10 Agustus 1945 siaran radio yang kebetulan tidak disegel oleh pemerintah militer Jepang menyatakan bahwa Jepang sudah memutuskan untuk menyerah. Sjahrir segera mendesak Hatta agar bersama Soekarno segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dan meyakinkannya bahwa dia akan didukung para pejuang bawah tanah dan banyak unit Peta. Soekarno, yang bersama Hatta baru kembali dari Dalat pada 14 Agustus 1945, belum yakin bahwa Jepang telah menyerah dan mereka belum yakin pula akan kemampuan menghimpun kekuatan untuk mengalahkan Jepang, sehingga menurutnya hal itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang sia-sia (Kahin, 1995: 170).

Sjahrir mengorganisir banyak kelompok bawah tanah dan pelajar Jakarta untuk mengadakan demonstrasi umum dan kerusuhan-kerusuhan militer. Ia juga telah membuat deklarasi kemerdekaan berisi kata-kata sangat anti-Jepang, dan tembusannya sudah dikirim ke semua pelosok Pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu Soekarno memproklamirkan kemerdekaan yang diharapkan terlaksana pada 15 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta tidak bersedia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus. Mereka masih berharap untuk menghindari petumpahan darah.

Sementara itu kelompok pemuda pimpinan Sukarni kian tidak sabar. Pada 16 Agustus 1945, pukul 04.00 pagi, mereka menculik Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke garnisun Peta di Rengasdengklok. Di sana Soekarno dan Hatta diyakinkan bahwa Jepang telah benar-benar menyerah. Keduanya didesak untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Soekarno tidak yakin bahwa kekuatan pemuda bersenjata sebanyak 15.000 di sekitar pinggiran Jakarta yang siap masuk kota begitu proklamasi diucapkan, sebagaimana diungkapkan Sukarni adalah jumlah yang dibesar-besarkan. Ia lebih yakin Jepang dapat dengan mudah menumpas upaya semacam itu (Kahin, 1995: 170-171).

Jepang mengetahui perihal penculikan itu. Soebardjo, yang memiliki hubungan dekat dengan kelompok Sukarni, pergi ke Rengasdengklok, jelas sepengetahuan Maeda, untuk membujuk Sukarni dan para pemimpin mahasiswa kembali dengan Soekarno dan Hatta ke Jakarta. Tengah malam tanggal 16 Agustus, begitu kembali ke Jakarta, Hatta mengetahui setelah mengadakan hubungan dengan tangan-kanan panglima angkatan perang Jepang di Jawa, bahwa menurut syarat-syarat penyerahan Jepang, Jepang hanya akan "menjadi agen Sekutu", dan mereka tidak menyetujui deklarasi kemerdekaan oleh orang Indonesia. Kian menjadi jelas bagi Soekarno-Hatta bahwa pertumpahan darah adalah tidak mungkin dan satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan adalah sebagaimana disarankan oeh Sjahrir, Sukarni, Wikana, dan para pemimpin gerakan bawah tanah lain (Kahin, 1995: 172).

Rapat dilaksanakan di kediaman Laksamana Muda Maeda. Maeda meninggalkan rumahnya pada 17 Agustus, pukul 02.00 pagi, Soekarno dan Hatta mengadakan pertemuan dengan Panitia Persiapan dan Soebardjo, Wikana, serta Sukarni untuk merencanakan suatu proklamasi kemerdekaan. Teks Proklamasi ditentukan setelah terjadi perdebatan panjang, dan pada 17 Agustus pagi, Soekarno membacakan Proklamasi itu di hadapan suatu kelompok kecil di kediaman pribadinya. Proklamasi itu segera disiarkan di seluruh radio Domei Indonesia dan jaringan telegraf oleh para pegawai Indonesia... (Kahin, 1995: 172).

Revolusi Indonesia telah tersulut dan disambut begitu hebat di seluruh Nusantara, namun tidak demikian halnya dengan Jepang.

Jepang bereaksi, pertama-tama segera menangkap Maeda beserta seluruh stafnya. Kempeitai merobek-robek pengumuman kemerdekaan yang dikirim lewat pos ke seluruh pelosok kota. Jepang mengumumkan pembubaran Peta, Hei Ho, dan semua organisasi Indonesia bersenjata. Para pejabat Jepang, meski demikian, ragu-ragu dalam mengambil tindakan atas Soekarno dan Hatta (Kahin, 1995: 173).

B.   Pembentukan Perangkat Pemerintahan Republik Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun